Mahasiswa Unas Pendemo BBM Akhirnya Wafat

Mahasiswa Unas Pendemo BBM Akhirnya Wafat
Photo by Unsplash.com

Maftuh Fauzy (22) mahasiswa Unas korban penyerangan polisi ke kampus, meninggal dunia, Jumat (20/6). Berly Muhammad kawan Maftuh mengatakan, rekannya sempat mengeluh sakit kepala saat berada di tahanan Polres Selatan.

"Dia luka pendarahan di bagian dalam kepaka. Dia sempat dirawat di RS UKI beberapa saat setelah dikeluarkan dari tahanan Polres. Dia teman saya di tahanan," kata Berly.

Timmy Trieskadara, mahasiswi Unas rekan Maftuh menyebutkan, Maftuh meninggal dunia sekitar pukul 11.30 WIB setelah dirawat sejak Selasa 17 Juni lalu di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP).Saat ini puluhan mahasiswa UNAS dan rekan almarhum berkumpul di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) tempat Maftuh meninggal. Maftuh adalah mahasiswa Akademi Bahasa Asing angkatan tahun 2003.

Berikut Kronologi Kematian Maftuh, Mahasiswa Unas Pendemo BBM

Pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak rata-rata 28,7 persen, pada 24 Mei silam. Sebagai reaksi atas kenaikan harga BBM itu, mahasiswa termasuk dari Universitas Nasional Jakarta menggelar unjuk rasa. Polisi merespons protes dengan mengejar mahasiswa hingga ke dalam kampus di Pejaten, Jakarta Selatan, dan menangkapi 141 orang di antaranya, Minggu (25/5) pagi itu.

Setelah sembilan hari ditahan di Markas Polres Jakarta Selatan, Jumat (2/6), sebanyak 31 mahasiwa dibebaskan dari sel tahanan. Di antara mereka adalah Maftuh Fauzi alias Nanang (25), yang akhirnya meninggal, Jumat (20/6).

Berikut kronologis hari-hari Nanang berunjuk rasa, hingga meninggal menurut Muhammad Muptadi (36), kakak sepupu almarhum.

\ Sejak kecil Nanang memang senang berkawan dan memiliki banyak sahabat.*

\ Tahun 2003 kuliah di Akademi Bahasa Asing Universitas Nasional Jakarta. Dia aktif di Senat Mahasiswa Unas, termasuk ikut berunjuk rasa.*

\ 24 Mei 2008:*

Bersama ratusan mahasiswa Unas menggelas unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM yang diputuskan pemerintah

\ 25 Mei 2008:*

Polisi menyerbu kampus Unas di Pejaten, Jakarta Selatan, dan menangkap 141 orang mahasiswa dan ditahan di Mapolres Jakarta Selatan.

Saat penyerbuan ke kampus, polisi memukuli mahasiswa. "Nanang sempat melindungi kepalanya dengan tangan agar tidak kena pentung. Tapi karena tangannya sakit setelah kena pentungan, tangannya turun, kemudian kepala kena pentung. Setelah dipentung dia sempat pingsan," ujar Muhammad Muptadi.

Di Mapolres Jakarta Selatan, Nanang menolak menandatangi surat penahanan. Saat diinterogasi, Nanang berkeras berdalih bahwa aksi mahasiswa berunjuk rasa untuk mengubah kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM

\ Jumat 2 Juni:*

Polisi membebaskan semua mahasiswa. Hari itu, ada 31 mahasiswa yang bebas.

\ Senin 9 Juni pagi:*

Nanang dirawat di RS Pasar Rebo, Jakarta Timur. Malamnya, dirujuk ke RS UKI. Setibanya di RS UKI, Nanang masih sadar, tak lama kemudian tidak dapat berkomunikasi lagi. "Saat itu, keluhan almarhum adalah sakit pada kepala bagian atas," ujar Muptadi.

Saat masih bisa berkomunikasi, dia sempat berbicara kepada Mumfatimah, ibunya. "Nanang sempat bilang, apakah mama menyesal saya ikut demo itu?" ujat Muptadi. Lalu ibunya menjawab, "Mama tidak menyesal, mama malah bangga atas apa yang kamu lakukan."

\ Rabu 11 Juni:*

Pihak Unas mengambil alih pengobatan Nanang, dan dipindah ke RSPP langsung masuk ke ICU B di Gedung F lantai V.

\ Jumat 20 Juni pukul 11.20 WIB:*

Nanang meninggal

\ Jumat 20 Juni pukul 15.00 WIB:*

Jenazah Nanang diusung ke Kebumen, Jawa Tengah. (Warta Kota/Kompas)

Read more