Maliki Beri Tenggat Waktu kepada Milisi Moqtada Sadr
Berita di bawah ini makin mengkonfimasi bahwa konflik di Irak tidak sektarian, tapi konflik antara pejuang kemerdekaan dan Amerika.
Perdana Menteri Irak Nuri al Maliki, yang beraliran Syiah, memberikan waktu empat hari bagi milisi di provinsi Maysan untuk menyerahkan senjata sebelum dilakukan serangan terhadap basis pengikut Moqtada Sadr.
Gelombang besar pasukan Irak dan AS mulai memasuki ibukota provinsi itu, Amara, Sabtu untuk satu operasi yang menurut para pejabat lokal akan ditujukan pada kelompok-kelompok perlawanan lokal.
Pasukan Inggris menyerahkan kendali keamanan Maysan kepada pasukan Irak bulan April 2007 , tetapi perdamaian di provinsi itu dan khususnya di Amara tetap goyah dan aksi milisi Syiah meningkat.
Amara, yang terletak dekat perbatasan Iran, dianggap pasukan pimpinan AS menjadi saluran utama pengiriman senjata dari Iran ke Irak.
Maliki melancarkan kecaman yang sama terhadap milisi Syiah terutama Tentara Mahdi yang dipimpin ulama garis keras Syiah yang anti AS, Moqtada al Sadr, di kota utama selatan itu maupun di kota Basra, Maret lalu.
Operasi itu memicu baku tembak jarak dekat antara milisi dengan pasukan keamanan di Basra dan wilayah-wilayah Syiah lainnya. Ratusan orang tewas dalam bentrok tersebut.
Kepala jurubicara Sadr, Salah al Obeidi menyatakan cemas bahwa serangan di Amara itu akan ditujukan kepada para pengikut Sadr.
"Kami sangat kuatir bahwa operasi ini mungkin ditujukan terhadap para pengikut Sadr. Kami telah meminta bantuan kepada pemerintah tetapi kami tidak menerima jawaban dari mereka," kata Obeidi kepada AFP.
"Kami tidak ingin kejadian-kejadian di Basra terulang di Amara," kata Obeidi. Dia mendesak pemerintah melakukan dialog dengan para pemimpin suku lokal sebagaimana dilakukan dalam satu operasi bulan lalu di kota utama Irak utara, Mosul. (antara)