Maulid 'yang Bid'ah'?

Maulid 'yang Bid'ah'?
Photo by Unsplash.com

Karena sudah berjanji mengantarkan anak-anak ke pusat permainan di Giant, sore hari kami sekeluarga meninggalkan rumah. Betapa terkejut saat kami melihat jalan menuju jalan raya ditutup total. Yang membuat kami kesal adalah tidak adanya pemberitahuan sebelumnya dari pihak aparat kampung tentang rencana acara maulid yang kolosal begini. Akhirnya kami harus memutar balik mobil dengan susah payah karena di belakang ada beberapa mobil yang juga terhenti di jalan yang sempit itu.

Acara maulid di masjid daerah cawang itu direncanakan berakhir pada pukul 2 dini hari. Menjelang acara maulid pukul 9 malam, sebelah kiri jalan besar Dewi Sartika ditutup, sehigga pengendara mobil dan motor hanya bisa melintasi jalan di sebelah kanan yang dibagi dua. Hal itu karena sepanjang jalan yang mengarah ke tempat penyelenggaraan maulid itu akan dikuasai oleh para konstituen majleis taklim Sang Habib dari pelbagai penjuru Jakarta yang datang dengan konvoi motor dan mobil-mobil angkutan yang diisi sesak hingga atap.

Jakarta kini menjadi ajang persaingan dan perang simbol tiga habib muda yang masing-masing men gerek bendera super majelis taklim. Nama-namanya mudah dihapal karena poster-posternya mengalahkan iklan rokok.

Ketiga majleis taklim ini bersaing ketat meraih animo dan rasa takjub masyakarat melalui eksploitasi simbol mulai dari bendera-bendera bertuliskan nama majelis taklim, poster raksasa, umbul-umbul sampai stiker dan jaket serta rompi dengan logo khas.

Sebagian orang mendukung 'atraksi' ini sebagai syiar Islam yang mesti didukung, dan masayarakat dimohon untuk rela mengorbankan kepentingannya demi mentakzimkannya. Sebagian lain menyesalkan akssi dakwah yang merugikan kepentingan masyarakat umum seraya bertanya-tanya, apakah setiap orang boleh mengabaikan hak masyarakat umum atas nama dakwah dan Islam? Kontroversi ini selalu ada.

Merayakan kelahiran Muhaqmmad saw, manusia teragung, sungguh sangat mulia. Tapi Mengadakan acara keagamaan hanya atas dasar niat baik saja tidak cukup. Bila kepentingan umum diabaikan dan bila, karena penyelenggaraan yang terkesan dibuat heboh itu, bisa menimbulkan kesan negatif terhadap simbol 'habib' (karena gelar 'habib'  tidak bersifat personal, namun bisa disandang oleh siapapun yang diidentifikasi sebagai orang yang punya hubungan nasab dengan Nabi Saw, bukan hanya milik yang pakai sorban dan punya majelis taklim), dan bisa membuka peluang orang banyak memandang sinis terhadap Islam, maka acara penyelanggaraan maulid bisa dianggap bid'ah. Artinya, niat baik tidaklah cukup. Ada seperangkat syarat yang mesti dipenuhi untuk berdakwah. Bila tidak terpenuhi bukan saja tidak efektif, tapi bisa dianggap modus mencemarkan Islam.

Anak saya juga beberapa anak tetangga maupun yang sakit tentu sangat terusik oleh letupan petasan yang bertubi-tubi menggedor telinga sepanjang malam atas nama perayaan kelahiran Nabi termulai Muhammad Saw.

Inilkah contoh anarkisme sejati yang memancing sikap antipati terhadap Islam di  denmark, belanda dan di Barat? Perlu studi khusus untuk memastikannya.

Read more