MEMBEDAH DEBAT PASLON
Debat paslon sebagai event demokrasi bagi semua warga dengan kebhinnekaan agama dan lainnya mestinya bebas dari diksi-diksi khas agama tertentu.
Meski masing-masing punya profesi khas misalnya profesi agamawan, paslon capres dan cawapres dalam debat mestinya tampil sebagai figur pemimpin yang merepresentasi keragaman dan mengakomodasi harapan semua warga yang berbeda agama.
Event demokrasi berskala nasional mestinya menjadi referensi bagi rakyat untuk menentukan pilihan politik. Karena itu para paslon harusnya mengemukakan visi & misi, pandangan dan program berbasis Pancasila, UUD dan nilai-nilai universal, bukan ajaran agama tertentu.
Tentu setiap orang bangga dengan agama dan hal-hal personal dan subjektif yang diyakininya tapi dalam event demokrasi berskala nasional mestinya para paslon menampilkan aspek-aspek impersonal dan objektif.
Kecenderungan menganggungkan agama dan keyakinan sendiri dalam event demokrasi yang menjadi gawe bangsa majemuk bisa dianggap sebagai tendensi menampilkan dominasi yang mengganggu toleransi dan menjurus kepada diskriminasi.
Debat paslon harus menjadi lomba memperlihatkan keunggulan gagasan, kompetensi, kepribadian dan komitmen kebangsaan, bukan panggung kampanye politik dengan kedok agama.