MENANTI BABAK TERAKHIR KRISIS SURIAH

MENANTI BABAK TERAKHIR KRISIS SURIAH
Photo by Unsplash.com

Setelah kemenangan militer dan diplomatik Pemerintah Bashar Assad, posisi Turki makin terdesak, apalagi setelah Trump mengumumkan penarikan AS dari Suriah.

Berdasarkan kesepakatan segitiga pada 28 Novembe 2018 di Astana, Turki ingin membersihkan namanya dari tuduhan mendukung Jabhat Nusra dengan berjanjinumpas Jabhat Nusrah dan milisi-milisi bersenjata yang menduduki sebagian wilayah Suriah di Idlib sebagai ganti dari konsesi yang diberikan Rusia dan Iran untuk menumpas gerakan militer oposisi Kurdi di wilayah timur Eufrat dan goodwill Bashar kepada Turki yang telah merongrong Suriah guna mengakhiri krisis 7 tahun yang memporakporandakan negerinya.

Hingga memasuki 2019 Turki tidak merealisasikan janjinya. Sejak 2 Januari 2019 Jabhat Nusra yang berganti nama Hai'ah Tahrir Syam melakukan serangan militer dan mengambil alih sejumlah desa di Hama dan Idlib yang dikuasai oleh milisi Nuruddin Zanki dan milisi-milisi bersenjata bentukan Turki.

Dengan diamnya terhadap perluasan daerah yang dilakukan Nusra di wilayah utara Suriah, sebagian pengamat yakin peran Turki dalam mempersenjatai kelompok-kelompok takfiris makin jelas di mata dunia. Tak hanya itu, dilaporkan bahwa Turki secara intensif melakukan turkisasi wilayah utara Suriah yang dikuasai oleh milisi-milisin bersenjata termasuk Jabhat Nusra seperti pemberian identitas Turki kepada bayi-bayi yang lahir dan penggantian nama-nama jalan serta pengajaran wajib bahasa Turki.

Ekspansi militer Jabhat Nusra di desa-desa Utara Aleppo ini bertujuan menggagalkan rencana Turki yang berjanji kepada Rusia dan Iran untuk membasmi milisi-milisi ekstremis sekaligus bertujuan membuktikan dominasinya di Utara Suriah sebagai upaya untuk mengambil bagian dalam penentuan nasib wilayah Utara Suriah.

Namun sebagian pengamar beranggapan bahwa Turki telah melaksanakan janjinya dengan menarik milisi-milisi bersenjata "moderat" dan membiarkan Jabhat Nusra sendirian di Idlib dan Timur Eufrat demi merentangkan jalan bagi tentara Suriah bersama Rusia dan Iran melalui Hezbollah juga Turki melakukan operasi finishing dengan membasmi Jabhat Nusra. Pembasmian ini tak akan sulit bagi Rusia dan Suriah karena Nusrah telah ditetapkan sebagai kelompok teroris dan kondisi psikologis pasukan Suriah yang sedang on fire.

Dilaporkan bahwa beberapa pasukan dari milisi-milisi bentukan Turki mulai bergerak menuju Idlib dalam persiapan menghadapi Jabhat Nusra.

Bila analisa kedua ini diterima, maka Turki dapat membersihkan dirinya dari tuduhan perusak Suriah dan pemasok teroris bersama Qatar, Saudi, Israel dan AS.

Kini tinggal menghitung hari menanti babak final pembebasan seluruh area gegrafis Suriah dari anasir takfiris. Itu artinya, Rusia telah membuktikan sebagai sekutu setia bagi Suriah sekaligus mengkhari dominasi Amerika yang gagal menjatuhkan salah satu mata rantai blok resistensi yang dibangun Iran.

Yang harus menyediakan pempers untuk sekian juta orang adalah Israel menghadapi mimpi buruk dan masadepan yang suram bagi eksistensi ilegalnya.

Saudi yang ditinggalkan dunia Arab akibat genosida rakyat Yaman dan pembunuhan sadis Jamal Kashoggi mulai menunjukkan perubahan sikap dan membuka peluang kembalinya Suriah ke Liga Arab dan mulai mendekati Bashar melalui dua satelitnya, Emirat dan Bahrain yang membuka kedubesnya di Damaskus.

Read more