MENCOBA MEMBACA DARI JAUH SURIAH

Israel dan AS juga NATO bersama Zelenski yang diduga bekerja sama dengan Erdogan telah menyuplai semua yang diperlukan oleh gerombolan bersenjata, terutama data intelijen dan senjata di perbatasan utara. AS dan Israel berkepentingan melumpuhkan kekuatan militer Partai dengan memotong jalur suplai dari Iran ke Partai. AS juga punya kepentingan melindungi ladang minyak Suriah yang dijarahnya. Turki berkepentingan menjadikan utara Suriah sebagai dinding bagi pemberontak Kurdi yang ingin memerdekakan diri. Zelenski berkepentingan memecah konsentrasi Rusia dalam berkonflik dengan Ukraina-NATO.
Pezeshkian (yang diarahkan oleh kubu "reformis" seperti Khatami, Rohani dan Zarif) terpilih karena berjanji mengutamakan perbaikan ekonomi dalam negeri dengan membangun ulang negosiasi nuklir demi melepaskan Iran dari embargo.
Meski tidak bergeser dari prinsip "perlawanan", kebijakan baru Pemerintah Pezeshkian terutama negosiasi ulang soal nuklir dengan AS dan Barat berdampak secara nyata di lapangan, terutama setelah terbunuhnya SHN dan para pemimpin lapis atas "Partai".
Karena memprediksi kebijakan Pemerintahan Pezeshkian akan mengurangi perhatian kepada Suriah yang mendapatkan kompensasi membuka jalur suplai senjata ke Partai melalui negaranya, Bashar mulai menjaga jarak dengan Iran dan mulai menunjukkan sikap melunak ke AS melalui UEA yang merayunya menjauhi Iran dan memutus jalur suplai senjata ke Partai.
Sikap melunak Bashar membuat Rusia ragu-ragu mempertahankan rezimnya secara militer, apalagi Partai yang sebelumnya ikut berperang membelanya sedang menghadapi Israel dan musuh-musuh politik di dalam negeri yang ingin melemahkan posisi politiknya setelah terbunuhnya SHN dan para petinggi Partai dan setelah penghancuran infrastruktur militernya.
Saat gerombolan bersenjata mulai bergerak dari Utara dengan dukungan Turki, Iran melalui Ali Larijani menawarkan bantuan militer, namun Bashar yang mulai lelah dengan konflik panjang yang mendera negaranya menolak. Konon ada kudeta militer yang dirahasiakan bagi publik. Karena tak mungkin masuk tanpa permintaan pemerintahnya, Iran segera melobi Rusia, Turki dan Qatar untuk meminta jaminan keamanan bagi warga sipil terutama komunitas Syiah dan Alawit. Permintaan Iran diterima dan jaminan itu diberikan. Sebelum meninggalkan Damaskus, Bashar memerintahkan pasukan yang loyal kepadanya mundur demi menghindari pertumpahan darah dan menyerahkan tugas penyerahan pemerintahan kepada Perdana Menteri. Aleppo jatuh lalu kota-kota dalam sekejap hingga akhirnya Damaskus dikuasai. Rezim Bashar yang oleh media sedunia sebagai diktator pun tumbang.
Israel dan AS juga NATO bersama Zelenksi yang diduga bekerja sama dengan Erdogan telah menyuplai semua yang diperlukan oleh gerombolan bersenjata, terutama data intelijen dan senjata di perbatasan utara.
Yang pasti, mata rantai suplai senjata untuk Partai selama Jolani berkuasa terputus. Situasi ini bisa berubah bila konflik internal antara oposisi bersenjata yang menghendaki negara khilafah dan kelompok-kelompok oposisi sekuler dan nasional terjadi sebagaimana diprediksi oleh banyak analis. Bashar tumbang tak berarti Suriah kembali jadi negeri stabil, apalagi bila dilihat secara profetik dan diamati dengan perspektif nubuat.
Di luar semua itu, yang lebih sedih dari para pendukung muqawamah adalah para wanita, bocah, rakyat sipil Gaza kini dikepung sendirian, dibiarkan menjadi sasaran pembantaian tanpa pelindung. Israel dilupakan. Suriah, satu-satunya rezim Arab yang mendukung muqawamah malah dihancurkan. Iran kehilangan sekutu tunggalnya. Setanya-hu dibiarkan memperluas ekspansi, Bashar yang pro muqawamah justru ditumbangkan. Partai dilumpuhkan, gerombolan sadis bercawat agama malah didukung.
Ini bukan soal Bashar, tapi Palestina dan Muqawamah. Orang-orang bergembira, sementara warga Gaza menjerit pilu karena isu Kemerdekaan Palestina akan diganti dengan isu normalisasi.
Apakah Bashar menyerah dan layak dikecam sebagai pengecut dan pengkhianat ataukah dia memilih mundur ketimbang tetap berkuasa dengan menerima tekanan menjauhi Iran dan mengkhianati muqawamah? Perlu tenang untuk menyimpulkan.