MENGHORMATI PELAKU KEBURUKAN DAN KESALAHAN
Sejarah Islam melaporkan fakta konflik. Meski telah memeranginya dan mengakibatkan lebih dari 5000 (konon 15 ribu) orang terbunuh di Basrah, Ali yang memenangkan perang melucuti senjatanya dengan hornat, melindungi dan mengantarkannya kembali ke rumahnya secara terhormat. Tak perlu melampaui level Ali AS dalam bersikap. Tirulah dia.
Paragraf di atas adalah cuitan DR. Yahya Abu Zakaria, intelektual Muslim terkemuka dan jurnalis kawakan berasal dari Aljazair, yang sempat menjadi teman sekelas saya saat studi Di Iran.
Cuitan yang mencerminkan pandangan rasional yang seimbang dan proporsional ini merupakan pernyataan dengan dua sasaran; yaitu ssbagian orang yang enggan menetapkan posisi benar Ali demi menghormati Ummul Mukminin dan sebagian orang yang menafikan penghormatan kepada Ummul Mukminin demi menetapkan posisi benar Ali.
Hikmah yang patut dipetik adalah bahwa kadang perlu menghormati seseorang yang melakukan kesalahan seraya tetap menetapkan posisinya yang salah demi menghormati orang mulia yang terhubung dengannya.
Menghornati tak berarti mematuhi dan menganggapnya benar.
Menghormati seseorang juga menetapkannya sebagai pelaku kesalahan dan keburukan adalah dua hal yang berlainan namun tidak kontradiktif.
Menghormati seseorang yang berlaku salah dan buruk karena menghormati hubungannya dengan manusia mulia adalah ujian kesabaran sekaligus cermin kesadaran akan prinsip kemaslahatan.