Skip to main content

MENYELAMATKAN SIMBOL AGAMA

By September 14, 2016No Comments

Saat orang-orang jumud mengambil alih simbol-simbol agama, yang perlu dilakukan bukan menafikan simbol-simbol itu atau menampilkan substansi semata.
Menafikkan apalagi meremehkan simbol-simbol agama karena telah dikuasai oleh orang-orang jumud bisa di artikan menyerahkan simbol-simbol suci kepada mereka.
[ads1]

 
Kaum awam yang beragama secara doktrinal muda terpengaruh dengan simbol-simbol agama seperti bendera dengan khath yang tidak dikesankan orisinal.
Bila kaum rasional memberikan reaksi ekstrem dengan menafikan simbol, kelompok-kelompok jumud akan dianggap representasi tunggal simbol-simbol itu.
Desakralisasi dan penafian secara ekstrem simbol-simbol agama tanpa disadari bisa memperkuat legitimasi kelompok-kelompok jumud di mata awam.
Bila agama dihilangkan dari substansinya, dan agama dipisahkan dari simbol-simbolnya, muncullah 2 kubu ekstrem; pemujaan dan penafian.
Yang layak dijadikan jalan tengah adalah menawarkan gagasan yang mengutamakan substansi agama seraya mengagungkan simbolnya-simbolnya.
Desakralisasi simbol-simbol agama juga ketuhanan dengan ungkapan-ungkapan yang secara denotatif terkesan melecehkan justru menguntungkan kaum jumud.
Penentangan terhadap kejumudan dan intoleransi dengan kedok simbol-simbol mestinya dilakukan dengan memaknai ulang substansi dan simbol agama.
Menentang intoleransi dan kejumudan dengan merendahkan/mencemooh simbol-simbol agama juga Tuhan justru bisa mensolidkan kelompok-kelompok ekstremis.
[ads1]

 
Desakralisasi simbol agama dan ketuhanan justu bisa memberi konfirmasi bahwa selain mereka adalah kafir, sesat dan murtad.
Yang mungkin terlewat dari sebagian kalangan anti skripturalisme bahwa relasi simbol-substansi adalah arifmatif mutual seperti depan dan  belakang.
Menafikan simbol agama brarti mengabaikan substansinya. Mengabaikan substansi agama berarti menolak simbolnya. Inilah ekstremisme.
Penafian substansi dan penyembahan simbol lebih berbahaya dari desakralisasi simbol agama karena substansi lebih penting dari atribut.
Kaum moderat perlu menyelamatkan simbol-simbol agama yang dilumuri darah korban-korban pensesatan dan pengkafiran melalui pencerahan massif.
Paradigma Islam moderat yang mengutamakan substansi ajaran-ajarannya sekaligus menghormati simbol-simbolnya adalah pilihan rasional dan berimbang.
Simbol agama sangat banyak Tapi simbol termulia agama adalah perilaku dan perbuatan penganutnya. Muslim adalah cermin Islam.
Yang disayangkan adalah fakta disharmoni Islam dengan perilaku dan gaya hidup para penganutnya (Muslim).
Fakta disharmoni Islam dengan perilaku dan gaya hidup Muslim tidak bs ditolak. Islam tidak dinilai dari banyaknya poster majelis taklim.
[ads1]

 
Lebih tragis lagi, tidak sedikit non Muslim berprilaku layaknya Muslim. Tidak banyak Muslim berprilaku layaknya Muslim.
Sekularisme/deisme bukan alternatif dan pengganti dari ortodoksi dan skripturalisme/salafisme yang menguasai simbol-simbol agama.
Simbol-simbol agama yang dikuasai kelompok-kelompok jumud ini harus dilawan dengan simbol-simbol yang sesuai dengan substansi ajaran agama yang rasional dan manusiawi.
Tidak ada yang salah dengan tulisan La ilaha illallah dan semacamnya.Yang salah adalah pembiaran pengkafiran yang merupakan benih ekstremisme.