MEREKA YANG TAK BERUNTUNG
Banyak orang menanti hari lebaran dengan sukacita dan menjadikannya sebagai momentum meluapkan kebahagiaan. Tapi tak sedikit pula yang memandang hari raya sebagai pengulangan memori memilukan karena beragam peristiwa negatif yang menyisakan luka.
Orang-orang yang tak pernah libur dari derita, antara lain yang ketiban vonis mandul, atau didiagonosa menyidap penyakit serius, tak berjodoh karena menjaga kehormatan diri atau harus merawat anak berkebutuhan khusus tak memilih nasib. Ini bukan pilihan, bukan sangsi dan bukan pula kutukan.
Mereka dipilih Tuhan karena potensi ketangguhannya yang melebihi orang-orang yang tak mengalaminya sebagai beban pertanggungjawaban lebih berat bagi mereka yang merasa beruntung agar melakukan kebaikan lebih banyak, berempati, berbagi dan menjaga kerendahan hati.
Setiap hembusan napas dan degub jantung mereka dalam ketabahan dan sangka baik kepada Allah atas setiap peristiwa yang dialaminya adalah point-point kredit pahala dan rahmat yang tak pernah berhenti.
Tuhan telah menetapkan hukum permanen yang berlaku sesuai dinamika alam dengan kausalitasnya. Semua yang di dalamnya adalah bagian dari sistem penciptaanNya yang determinan.
Secara eksistensial, ini bukan soal keberuntungan dan keistimewaan, tapi ini adalah konsekuensi dari proses kosmik dan dialektika natur yang tak menerima interupsi atau intervensi.
Apapun yang dialami dalam hidup, yang dianggap sebagai keberuntungan dan yang disepakati sebagai kemalangan, tak lepas dari pertanggungjawaban. Sabar dan syukur adalah ujian ketulusan dalam penghambaan.