MILITANSI KOLEKTIF KADER-KADER WAHABISME

MILITANSI KOLEKTIF KADER-KADER WAHABISME
Photo by Unsplash.com

Hasil survei Wahid institute yang memposisikan wahabisme lebih disukai ketimbang Syiah tidaklah mengejutkan. Ada banyak faktor di balik keunggulan itu. Salah satu faktor eksternalnya adalah lemahnya konsolidasi dan minimnya kesadaran para penganut Syiah untuk menjadi relawan aktif di media sosial dalam kerja tim yang padu.

Wahabisme diterima karena faktor-faktor sbb:

  1. Wahabisme secara lahiriah dalam praktik amal (fikih) seperti cara shalat terlihat sama dengan fikih Sunni Syafii yang dianut mayoritas Muslim di Indonesia.

  2. Wahabisme dikaitkan dengan simbol Mekah dan Madinah juga Arab yang dipandang oleh awam sebagai jaminan kebenaran.

  3. Wahabisme didukung secara finansial oleh rezim Saudi dan rezim-rezim Teluk sekutunya demi mengaktifkan semua program lembaga-lembaga yang berafiliasi dan mencuatkan tokoh-tokohnya melalui media sosial dan elektronik bahkan menguasai hampir semua masjid di lingkungan umum dan masjid di lingkungan khusus (instansi, kampus, perusahaan dll) dan majelis taklim di seluruh kota di Indonesia.

  4. Wahabisme disebarkan melalui doktrinasi dalam sistem rekrutmen via ragam ormas, partai dan lembaga-lembaga pendidikan tahfid serta organisasi kemahsiswaan juga kelompok-kelompok yang menerapkan pola pengkaderan berjenjang demi memupuk militansi dan agresivitas kader-kadernya. Karena kerja kolektif, terstruktur dan intensif inilah, wahabisme dalam beragam pola dan bentuknya kini secara kualitatif lebih kuat dan solid dari organisasi Islam lainnya.

  5. Wahabisme dengan doktrin anti logika mampu menanamkan kepatuhan maksimal semua kadernya mulai tingkat jelata hingga tingkat profesional dan pejabat.

Read more