Tak bosan-bosannya sebagian orang rajin membincangkan dan menyebarkan info juga narasi tentang hal-hal yang sudah diyakini, diterima dan diketahui oleh semua orang. Sangat mungkin pendorongnya adalah kerisauan atau kecemasan.
Yang merasa berada dalam lingkaran sosial besar sekeyakinan setiap saat risau akan kehilangan rasa aman dan nyaman yang telah dinikmatinya dan cemas keyakinan yang telah menjadi identitas dan penopang eksistensinya berpotensi melemah bahkan musnah menghadapi kompetisi sebagai akibat dari munculnya keyakinan baru dan tumbuhnya kelompok tak sekeyakinan. Karena itu, merasa perlu memperkuat diri dan komunitas sekeyakinannya dengan ramai-ramai mengulang-ulang narasi keyakinan atau menghadirkan info-info yang dianggap sebagai penguat tambahan.
Demi mempertahankan dominasi kuantitatif, orang-orang yang merasa mayoritas, terutama elit yang dapat privilege dan keuntungan lebih besar, gigih berusaha menyuplai pupuk penguat keyakinan sesamanya dengan cara bijak, misalnya mengupgrade wawasan dan sebagainya, maupun dengan cara bajak, misalnya berusaha mengurangi jumlah, membatasi sebaran pengaruhnya dan melemahkan keyakinan kelompok yang lebih kecil dengan fitnah, ujaran kebencian aksi persekusi di akar rumput sementara elit pura-pura toleran dan mengaku moderat.
Sedangkan yang merasa berada dalam lingkaran sosial yang lebih kecil atau memang kecil selalu risau dan cemas kehilangan hak dan kesempatan sekadar hidup bebas dan tenang dengan keyakinannya menghadapi gelombong antipati lingkaran sosial besar akibat provokasi para elit di dalamnya. Karena itu, merasa perlu memperkuat diri dan komunitas sekeyakinannya dengan memilih berkerumun dalam pergaulan sewarna dan ramai-ramai mengulang-ulang narasi keyakinan atau menghadirkan info-info di luar substansi keyakinan yang dianggap sebagai penguat tambahan, bahkan kadang info irrelevan dan irrasional yang justru bisa dimanfaatkan untuk melemahkan posisinya.
Demi mempertahankan hak fundamentalnya, sebagian individu dalam lingkaran minoritas tanpa mempertimbangkan efek negatif bagi komunitas keyakinannya mencoba memperkuat posisi tawar dengan mengagresi keyakinan mayoritas yang mengepungnya dan, tanpa memperhatikan kearifan lokal mengasosiasikan eksistensi dengan pihak di luar area eksistensinya seolah itu bagian dari eksistensi komunalnya.
Kecemasan mayoritas terhadap kehilangan dominasi dan kecemasan minoritas terhadap kehilangan hak hidup dengan keyakinan adalah abnormalitas yang tidak layak dipelihara, karena keyakinan adalah pilihan konsep interpretasi terhadap satu agama. Singkatnya, keyakinan, yang merupakan pilihan, tak pantas bersanding dengan kecemasan. Keyakinan bukan pasar dan umat bukan modal. Kompetisi hanya berlaku dalam arena perebutan kekuasan. Bila itu yang terjadi, maka keyakinan seolah hanya bungkus tendensi perebutan kekuasaan.
Enjoy your faith!