Setelah pengusiran diplomat AS oleh Kuba dan Venezuela, Honduras dan Nikaragua juga menunjukkan solidaritas. Presiden Nikaragua Daniel Ortega, Minggu (14/9) di Managua, mengatakan telah menolak undangan pertemuan dari Presiden AS George W Bush.
Ortega tidak mengatakan mengapa dia diundang Bush dan tidak dijelaskan kapan dia diundang. Namun, Ortega mengatakan, dia menunjukkan solidaritas terhadap Bolivia.
Pekan lalu Presiden Bolivia Evo Morales mengusir Duta Besar (Dubes) AS di La Paz. Alasannya, Dubes AS Philip Goldberg telah bersekongkol dengan oposisi di provinsi kaya minyak di Bolivia untuk menjungkalkan pemerintahan Evo Morales.
Presiden Venezuela Hugo Chavez mengatakan siap membantu Bolivia. Dia mengatakan ada oligarki di Bolivia yang bersekongkol dengan oposisi di Bolivia atas bantuan AS untuk merongrong kekuasaan Evo Morales, yang menjadi presiden sejak tahun 2006 lewat pemilu.
Setelah berkuasa, Morales mengkaji kembali semua kontrak bisnis minyak dan gas dengan perusahaan asing, termasuk dengan perusahaan asal AS. Tujuannya, agar keuntungan kontrak-kontrak migas itu lebih banyak mengalir ke kocek pemerintahan Bolivia, yang mengalami kebangkitan ekonomi sejak Morales berkuasa.
Namun, sejak tahun 2006 beberapa provinsi di Bolivia ingin memisahkan diri, antara lain Pando, Santa Cruz, Tarija, dan Beni.
Menurut Morales, pengusiran diplomatik itu merupakan refleksi dari penolakan Indian Bolivia, yang baru pertama kali berani melawan imperium di AS dalam 500 tahun terakhir. Berdasarkan Doktrin Monroe 1823, AS berhak melakukan campur tangan dari invasi Eropa di Amerika Latin. Doktrin itu dipakai AS untuk mencegah pengaruh Uni Soviet di era Perang Dingin di Amerika Latin.
Presiden Peru Alan Garcia juga memberikan dukungan kepada Evo Morales, Jumat pekan lalu. Dia mengatakan akan menentang setiap upaya pemisahan provinsi di Bolivia.
Presiden Ekuador Rafael Correa juga menegaskan dukungan moral kepada Morales.
Brasil juga sudah menegaskan akan memberikan dukungan kuat kepada Morales.
Presiden Honduras Manuel Zelaya, Jumat pekan lalu, menunjukkan solidaritas dengan menolak menerima Dubes AS yang baru untuk Honduras.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan penolakan itu ”sebagai pertanda sikap frustrasi pemimpin seiring dengan masalah internal”.
Hari Sabtu, Pemerintah Argentina mengatakan bahwa negara- negara Amerika Latin akan mengadakan pertemuan darurat pada hari Senin ini. Tujuannya adalah untuk membantu Bolivia mencari solusi mengatasi krisis politik internal. Pertemuan tersebut akan dilakukan di Santiago, Cile, juga atas seruan Presiden Cile Michelle Bachelet, Minggu.
Presiden Evo Morales mengatakan akan terus memimpin reformasi sosial dan berjuang atau mati.
”Jika kita tidak menang, kita harus siap mati demi negara dan demi rakyat Bolivia,” kata Evo Morales, presiden pertama dari Indian Aymara yang memimpin negara berpenduduk 9 juta jiwa.
(REUTERS/AP/AFP/Kompas-cetak Senin, 15 September 2008)