Mr. Bestseller

Mr. Bestseller
Photo by Unsplash.com

Dulu penampilannya lebih kalem, bahkan cenderung pendiam. Tapi sekarang dia benar-benar mengalami “mutasi”. Sejak menjadi manager sebuah perusahaan yang berkaitan dengan aksara dan tinta, dia laksana albumyang memuat atribut-atribut sebagai berikut: agresif, percaya diri, lugas bahkan menjurus tajam, dan ekstra optimis, kadang terlihat rada ambisius.

Salah satu ciri barunya adalah kegemarannya membuat tagline atau semboyan-semboyan ekplosif (sebagian besar in english) yang melukiskan etos dan proyeksinya serta optimismenya tentang apa yang sedang digelutinya.

Saking semangatnya dan, mungkin karena rasa kasihannya terhadap teman-temannya yang tidak seproduktif dirinya, ia tidak segan-segan menyuguhkan semboyan-semboyan yang terus diproduksinya itu meski kadang konteksnya tidak bertalian dengan subjek yang sama. Mengagumkan, ia memperlakukan semboyan-semboyan itu sebagaiekspresi “kepedualian berlevel modern”.

Bagi saya, yang masih kedodoran, fenomena temanku ini adalah sebuah peristiwa yang memilukan sekaligus mengharukan. Memilukan karena saya mesti merelakan kepergian edisi “kalem”-nya, dan terharu karena membayangkan kegembiraannya yang terus membayangi wajahnya setiap kali melihat buku-buku yang diterbitkannya –berkat semangat marketingnya yang habis-habisan- terjual habis atau paling tidak dibicarakan.

Btw, akhir-akhir ini, semboyan yang paling sering meluncur dari bibirnya adalah “law of attraction” sebagai justifikasi penialiannya terhadap somebody.

Maju terus Mr. Bestseller…

Read more