Heran! Hampir semua orang mengaitkan kekerasan bertajuk agama, ekstremisme dan gerakan bersenjata yang memimpikan negara Islam dengan Timur Tengah dan Arab seolah itu baru muncul setelah tragedi 9/11 sambil menyebut Suriah sebagai contoh.
Padahal lama nian di sini gerakan bersenjata domestik seperti NII/DI TII telah muncul bahkan hingga kini masih tersisa.
Heran! Hampir semua mengaitkan konflik horisontal dan segala fenomena kekerasan sosial dengan Arab seolah semua keburukan terjelma dalam satu ras dan hanya terjadi di satu wilayah.
Padahal pembantaian dan kekerasan horisontal bernuansa suku, etnis, politis juga persekusi terhadap minoritas keyakinan seperti pembubaran ibadah oleh massa, penyegelan tempat ibadah, bahkan tawuran antar warga desa dan kampung, antar suporrter klub dan antar siswa dan mahasiswa telah dan masih sering terjadi di banyak wilayah di sini.
Di Timur Tengah tidak ada organisasi yang mencantumkan kebencian (anti kelompok tertentu) sebagai nama resminya, dan tidak ada acara khusus pengucapan dua syahadat bagi orang seagama yang dipaksa menganut aliran yang sempat ditinggalkan sebagai syarat diizinkan pulang ke kampung halaman tanpa gangguan.
Bangsa Arab, terutama rakyat Palestina, Suriah, Irak, Lebanon dan Yaman adalah korban kejahatan global AS dan rezim-rezim sekutunya. Timur Tengah adalah wilayah kaya sumber daya alam yang menjadi alasan intervensi imperialis.
Tak perlu pintar untuk memahami bahwa Arab bukan nama untuk segelintir orang, habib bukan sebutan untuk satu atau dua orang, dan Timur Tengah bukan sebuah kampung yang hanya dihuni oleh satu kelompok.