NARSISME DAN "UJB" (Bagian 2)

NARSISME DAN "UJB" (Bagian 2)

Para pakar perilaku cenderung memandang narsisme sebagai suatu pola perilaku yang dipelajari. Individu yang bersikap narsistik mungkin telah belajar bahwa dengan menampilkan sifat-sifat narsistiknya, seperti kepercayaan diri yang berlebihan dan rasa superioritas, dia dapat mendapatkan perhatian dan pujian dari orang lain. Dia kemudian terus memperkuat perilaku narsistik ini karena hasilnya yang positif dalam mendapatkan perhatian dan pengakuan.

Dari sudut pandang psikologi sosial, perilaku narsistik seringkali terkait dengan kebutuhan untuk pengakuan sosial dan pemenuhan kebutuhan diri. Orang yang bersikap narsistik mungkin memandang hubungan sosial sebagai alat untuk memperkuat citra diri atau memenuhi kebutuhan dirinya. Dia cenderung mencari orang-orang baru yang bisa memberikan pujian dan perhatian bagi mereka, dan akan mencari lingkungan yang mendukung citra dirinya.

Dari berbagai perspektif ini, perilaku narsistik dalam interaksi sosial bisa dipahami sebagai hasil dari kombinasi faktor-faktor psikologis, perlakuan belajar, dan kebutuhan diri yang kompleks.

Mengarahkan anak remaja yang menunjukkan perilaku narsistik untuk berubah dapat menjadi tantangan yang kompleks, tetapi ada beberapa strategi yang bisa Anda terapkan dalam membantu mereka mengembangkan pola pikir dan perilaku yang lebih sehat.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk membantu mengarahkan anak remaja yang narsistik agar berubah:

1. Penting untuk berkomunikasi dengan anak remaja Anda secara terbuka dan empatik. Cobalah untuk memahami dari sudut pandangnya dan berikan dukungan yang diperlukan. Jelaskan dengan lembut mengenai dampak dari perilaku narsistik tersebut dan tunjukkan bahwa Anda peduli tentang kesejahteraan mereka.

2. Diskusikan bersamanya mengenai konsekuensi dari perilaku narsistik, baik dalam hubungan sosial, akademik, maupun kehidupan sehari-hari. Ajaklah sia untuk memikirkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi orang lain dan dirinya sendiri.

3. Ajak dia untuk merenung dan merefleksikan diri sendiri. Bantulah dia untuk lebih sadar akan perasaan dan motivasi di balik perilaku narsistik mereka. Diskusikan bersama tentang pengalaman-pengalamannya dan dorong dia untuk mempertimbangkan perubahan yang positif.

4. Ajarkan dia tentang pentingnya memiliki empati terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain. Dorong dia untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain dan mengambil perspektif orang lain dalam berinteraksi.

5. Berikan contoh perilaku yang sehat dan empatik dalam interaksi Anda dengan anak remaja. Apresiasi dia ketika menunjukkan sikap yang lebih peduli terhadap orang lain dan memberikan umpan balik positif untuk menguatkan perilaku tersebut.

6. Jika diperlukan, pertimbangkan untuk mengajaknya konseling dengan bantuan profesional. Seorang profesional kesehatan mental dapat membantunya mengidentifikasi akar masalahnya, mengembangkan keterampilan sosial, dan belajar cara mengelola emosi secara lebih sehat.

Setiap anak remaja memiliki perjalanan perkembangan yang unik, dan proses perubahan tidak selalu berjalan lancar. Konsistensi, kesabaran, dan dukungan yang Anda berikan akan sangat berpengaruh dalam membantu anak remaja yang narsistik untuk berubah menuju perilaku yang lebih sehat.

Narsisme dalam psikologi dan ujb (ujub) dalam akhlak Islam memiliki beberapa kesamaan dalam hal ciri-ciri dan konsepnya, meskipun berasal dari perspektif yang berbeda.

Narsisme dalam psikologi adalah kondisi psikologis dimana individu memiliki kecenderungan berlebihan untuk mencintai dan memfokuskan perhatian pada diri sendiri. Narsisisme seringkali melibatkan pandangan yang terlalu tinggi tentang diri sendiri, kebutuhan akan pujian dan pengakuan eksternal, serta kurangnya empati terhadap orang lain. Individu dengan narsisme biasanya memiliki rasa harga diri yang rapuh yang bergantung pada pujian dari luar dan perasaan superioritas.

Ujb dalam akhlak Islam merujuk pada sikap menyombongkan diri atau merasa bangga dengan diri sendiri yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Ujb merupakan bentuk kesombongan yang membuat individu merasa lebih unggul dari orang lain, merasa bahwa pencapaian atau kualitas dirinya adalah yang terbaik, dan kurangnya rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan. Ujb dianggap sebagai salah satu penyakit hati yang harus dihindari dalam ajaran Islam.

Meskipun berasal dari konteks yang berbeda, narsisme dalam psikologi dan ujb dalam akhlak Islam memiliki kesamaan dalam hal penekanan pada sikap yang berlebihan terhadap diri sendiri, perasaan superioritas, dan kurangnya empati terhadap orang lain. Kedua konsep tersebut menyoroti bahaya dari pembentukan harga diri yang berlebihan, keinginan akan pengakuan eksternal, dan kurangnya keseimbangan antara penghargaan terhadap diri sendiri dan kesadaran akan keberadaan dan hak-hak orang lain.

Dengan demikian, meskipun berasal dari konteks yang berbeda, narsisme dalam psikologi dan ujb dalam akhlak Islam memiliki kesamaan konsep dalam hal sikap terhadap diri sendiri yang berlebihan dan perlu adanya upaya untuk mengendalikan dan membentuk perilaku yang lebih seimbang dan bermanfaat bagi individu dan masyarakat

Read more