NASIB MINORITAS ALIRAN

NASIB MINORITAS ALIRAN
Photo by Unsplash.com

Karena tak seksi alias tak disuka mayoritas, hampir semua media mainstream enggan mengangkat berita seputar derita minoritas.

Isu kekerasan dan intimidasi terhadap minoritas intra agama tak seseksi minoritas antar agama.

Karena bisa dikomersilkan dan dijadikan bahan proposal advokasi, kasus-kasus persekusi terhadap minoritas agama lebih seksi untuk diangkat ketimbang minoritas aliran.

Minoritas kerap mengabaikan persekusi yang dialaminya karena dua kendala dalam proses hukum, yaitu intoleransi atau pemerasan finansial.

Ironisnya, sebagian besar individu minoritas sendiri melupakan nasib sesamanya dan tak berminat menshare berita seputar derita minoritas, malah banyak yang rela menghabiskan bandwidth untuk menonton video-video ganjen Tiktok.

Saling memperkuat dan bekerja secara kolektif dan sistemik sesuai kapasitas masing-masing dalam ikatan formal dan hierarkis sebuah wadah hukum yang bisa menjadi payung setiap individu yang menyatakan diri sebagai anggota setelah sadar hak dan tanggungjawab yang jelas merupakan solusi rasional dan realistis bagi kelompok minoritas agar bisa menghadirkan diri sebagai elemen penting bangsa dan

Eksistensi komunitas dengan keyakinan khas yang selalu menjadi sasaran diskriminasi dan ujaran kebencian serta disonformasi tak bisa dipertahankan hanya dengan saling menghibur diri dengan klaim keunggulan argumen, saling menyalahkan dan lomba mengeluhkan atau menanti diundang dan dimohon untuk berpartisipasi dan berkontribusi.

Ikatan kolektif hanya bisa terjalin dan membentuk entitas yang solid meski kecil dengan membangun kesadaran teologis dan ideologis yang menumbuhkan spirit taklif dan tekad memberikan khidmat (pelayanan) serta pengorbanan demi sesuatu yang dipastikan benar dan mulia.

Spirit taklif sebagai buah kesadaran teologis dan ideologis adalah ejawantah nyata dari komitmen tawalli dan tabarri sebagai esensi kepatuhan vertikal kepada kewenangan vertikal yang sakral.

Kepatuhan vertikal sebagai keniscayaan dari keyakinan terhadap kewenangan vertikal inilah yang menjustifikasi kepatuhan horisontal kepada kewenangan horisontal dalam konteks interaksi intusitusional rumahtangga, korporasi, ormas dan negara yang diikat oleh akad atau kontrak sosial yang adil.

Siapapun tak berhak menunut siapapun sekomunitas bersatu demi komunitas dan keyakinan tanpa ikatan yang jelas dan tanpa tekad bersama membangun sebuah kerja kolektif.

Read more