NATAL UNIVERSAL

NATAL UNIVERSAL
Photo by Unsplash.com

NATAL UNIVERSAL

Perayaan Natal setiap tahun mengunjungi kalender kita, bangsa Indonesia. Setiap orang senang, baik karena ia hari besar bagi orang Kristen maupun hari libur tanggal merah bagi non Kristen. Bisakah semua rakyat Indonesia bergembira karena alasan yang sama, yaitu merayakan kelahiran Yesus? Diperlukan sebuah analisis yang ‘rada’ berani sekaligus argumentatif dan, jangan lupa, tidak memasuki area ‘garis kuning’ SARA.

Muhammad, Yesus dan para nabi telah membawa ajaran cinta, cinta Allah dan cinta tetangga serta bahkan cinta terhadap makhluk-makhluk-Nya yang terkecil sekalipun. Dalam teks-teks non Kristen, diriwayatkan Yesus memberikan beberapa makanan kepada makhluk-makhluk di laut. Namun cinta ini tidak berbenturan dengan sentimentalisme yang mencegah pelaksanaan hukum ilahi ketika sikap munafik kaum Yahudi. (Cf.Matt. 23:25).

[ads1]

Mungkin perayaan Natal bisa dipandang secara lebih universal, bukan hanya hariraya kelahiran Yesus dari perspektif teologi Kristen dengan ragam mazhabnya yang kadang saling menafikan, namun sebagai hari kelahiran Yesus dalam persepktif teologi Islam. Tentu, ini tidak bisa dianggap sebagai ajakan kepada umat Kristen untuk memperingati kelahiran Muhammad saw. Penghargaan mutual ini, meski bisa memperkuat kerukunan, sulit terwujud.

Memperingati kelahiran Yesus tentu tidak harus meniru gaya orang Eropa dengan suasana musim dingin lengkap dengan cemara yang bertabur salju. Bukankah Yesus lahir di Yerusalem yang secara geografis memang tidak penah kejatuhan salju. Jadi, peringatannya bisa disesuaikan dengan kultur dan karakter keindonesiaan.

Read more