“Aku mempertahankan pendapatku. Aku juga mempertahankan hakmu untuk berbeda pendapat denganku.” -Voltaire-
Dalam kasus seputar Basuki, paling tidak ada 3 sikap, menentang dan mendukung juga abstain. Orang2 yang menentang Ahok punya satu dari beberapa alasan: a) menistakan al-Quran atau agama; b) pemimpin kafir; c) memihak kapitalis melalui rencana reklamasi; d) melakukan penggusuran tidak manusiawi; e) diduga terlibat dalam korupsi terkait RS Sumber Waras; f) tidak santun.
Orang-orang yang mendukungnya juga punya satu dari beberapa alasan; a) korban diskriminasi ras dan agama; b) tidak korupsi, berhasil mengatur DKI dan tegas; c) menjamin toleransi dalam intern umat Islam karena non Muslim minoritas dan karena sebagian penentangnya adalah tokoh-tokoh intoleran; d) Indonesia diapresiasi dunia karena terbukti bisa memilih gubernur dari minoritas.
Yang abstain pun punya satu dari beberapa alasan; a) bila terbukti tidak bersalah dan memimpin DKI lagi, tensi ketegangan politik terus meningkat; b) jelas melakukan kesalahan moral terkait ucapannya tentang ayat 51 surah al-Maidah; tapi tidak melakukam penodaan agama; c) mengkhawatirkan meluasnya intoleransi bila divonis bersalah atas dugaan penistaan agama dan menjadi preseden buruk bagi kebebasan berkeyakinan; d) menentang penggusuran yang tidak manusiawi; e) mengutamakan kemaslahatan bangsa dan umat atas sikap mendukung dan menentang.
Secara umum, tiga pihak punya alasan-alasan yang bila ditimbang sama-sama kuat. Itulah dialetika yang mencerminkan meningkatnya sikap kritis dan kreativitas masyarakat.
Selama tidak dapat bocoran dari langit, tak perlu menganggap pendapat dan sikap sendiri terhadap sebuah fenomena yang dinamis dan relatif sebagai doktrin yang harus diterima orang lain.
Mari berlomba menurunkan suhu politik dan menikmati pendapat masing-masing seraya mempercayakan kasus ini kepada lembaga peradilan. Tak perlu jengah dengan sikap orang lain, apalagi menyusun kata pedas untuk mengemukakan pendapat sendiri dan menentang pendapat orang lain. Stay cool…