NOMER 1
Disahkannya nomer urut 1 dan 2 untuk dua pasangan capres-cawapres kontan disambut dengan perang gojlok oleh warga sosmed yang tak pernah lelah memompa adrenaline politik.
Pendukung pasangan no urut 1 yang memadukan awam dan ulama menganggap nomer 1 sebagai simbol kesolidan, bahkan yang ketularan wabah relijiusitas instan (mungkin karena cawapresnya agamawan) menganggapnya sebagai "pertanda langit" tentang kemenangan.
Penggemar pasangan yang mengharmoniskan amit-amit dengan imut-imut harus memutar otak mencari justifikasi dengan beragam penjelasan positif atas nomer 2 yang harus diterimanya. Karena terlanjur diberkati oleh sejumlah orang yang mengaku ulama atau dianggap ulama, maka "dua kalimat" pun menjadi "tafsir langit" atas nomer 2.
Terlepas dari lomba "tafsir langit" dua kubu atas nomer urut masing-masing, yang pasti isu nomer urut kini menjadi menu utama di medsos.
1 adalah natural alias eksistensial. 1 adalah predikat integral bagi eksistensi dan entitas, sebelum ditetapkan sebagai angka atau bilangan atau namer atau satuan.
Menurut ontologi, yang real adalah satu, sedangkan selain itu hanyalah satuan-satuan yang dianggap sebagai 2, 3 dan seterusnya.
Dua ( 2) tak lebih dari sebuah produk konstruksi dan konvensi tentang konsep bilangan artifisal (buatan) yang pada hakikatnya adalah 1dan 1.
Bila diperhatikan secara seksama, dapat diketahui bahwa substansi 2 adalah 1 sebagai sebuah nama bagi sebuah bilangan atau nomer dan angka, demikian pula 3 dan seterusnya. Sedangkan 1 adalah satu sebagai substansi real sekaligus sebagai nama bagi sebuah angka. Karena itu tak ada yang benar-benar satu kecuali yang benar-benar satu secara eksistensial. Satu sejati dalam al-Quran disebut ahad, bukan wahid. Satu sejati itulah yang dikekatkan pada Tuhan, Allah, God, Lord, Yahwe, Elohim, Khoda, Sang Hyang atau lainnya oleh pengiman teologi.
Ini soal angka dan nomer atau bilangan menurut filsafat, bukan soal angka togel atau nomer urut pasangan capres-cawapres yang tak perlu dikait-kaitkan dengan langit.
1 adalah simbol Tuhan. Karena sakral, tak ada yang berhak mengklaimnya. 2 adalah simbol harmoni cinta laki dan perempuan. Yang tak berpasangan sebaiknya tak memakainya. Siapapun yang terpilih, pasti bukan karena keberuntungan nomer urut, juga bukan karena "simbol langit" tapi karena visi, misi dan kapabilitas serta kejujurannya.