NU ADALAH KITA

NU ADALAH KITA
Photo by Unsplash.com

Komunitas Alawiyin (kalangan habib) secara natural (sosial dan kultural) adalah NU.

NU dalam konteks ini bukan organisasi formal tapi pandangan dan pola keberagamaan yang diwariskan oleh para sunan dan para perintis dakwah Islam di Nusantara.

Hubungan esoterik kalangan santri dan kalangan habib telah menjadi adonan eksistensial dalam kedua entitas sosial keagamaan ini.

Para kyai besar berguru kepada para habib. Banyak pula kyai yang menjadi guru para habib.

Sebagian kyai besar adalah habib seperti sufi kharismatik Romo Kyai Abdul Hamid di Pasuruan.

Pembacaan Al-Wird al-Lathif (wirid) dan Ratib yang ditulis Habib Abdullah Al-Haddad telah menjadi ritual rutin harian di seluruh pesantren (salafi) yang dikelola para kyai di seluruh Tanah Air.

Teks narasi maulid Simth al-Durar karya Habib Ali Al-Habsyi juga rutin dibaca dalam peringatan maulid dan acara-acara walimah umat Islam di Indonesia.

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah tokoh nasional bertaraf Internasional NU yang berperan besar dalam menegakkan toleransi antar umat Islam dan umat beragama. Pernyataannya yang monumental "NU adalah Syiah kultural" dan "NU adalah Syiah minus Imamah" cukup menjadi alasan bagi siapapun untuk menghormati NU dan merasa bagian darinya.

Hubungan ini terlalu kuat untuk dipisahkan oleh sikap atau pernyataan satu atau beberapa orang 'habib'.

Read more