NU DAN REVOLUSI INTELEKTUAL GUS DUR

NU DAN REVOLUSI INTELEKTUAL GUS DUR
Photo by Unsplash.com

Memperingati harlah NU berarti mengapresiasi salah satu partisipan dalam peradaban Islam modern. Seraya tetap menghargai jerih payah para ulama pendirinya, kita patut mengakui Gus Dur sebagai anugerah bagi NU, umat Islam dan bangsa Indonesia.

Menurut saya, salah satu bukti kejeniusan Gus Dur adalah memadukan ortodoksi teologis dengan kreativitas intelektual lintas mazhab dan menghadirkan NU tidak lagi semata-mata merepresentasi satu mazhab tapi menjadi spektrum pemikiran keislaman yang relevan dan dinamis.

Meski menghadapi resistensi internal dan eksternal bahkan kepungan konspirasi, Gus Dur tak mundur sejengkalpun dalam melakukan transformasi diskursus pemikiran lintas mazhab demi menegakkan wasatiyah dan toleransi sebagai cirikhas NU.

Berkat revolusi pemikiran Gus Dur, banyak individu santri yang terdidik dalam lingkungan tradisional mengalami lompatan intelektual dengan kemampuan literasi tradisional dan literasi modern sebagai generasi pelanjut visinya.

Dalam arena wacana, NU tak hanya berhasil mensejajarkan diri dengan kelompok priayi pendukung ide Pembaharuan Islam yang digemakan oleh Afghani dan Abduh, tapi dapat dianggap melampaui capaiannya. Gus Dur tak hanya merespon dinamika pemikiran intra Sunni seperti Mu'tazilah, namun mengapresiasi filsafat yang berkembang dalam Syiah juga mengafirmasi jejaknya dalam kultur NU.

Meski Gus Dur telah wafat, 'revolusi pemikiran' ini masih berlangsung dan kadang menghadapi penentangan dari sebagian individu yang mempertahankan 'teologi organik' karena gagal menangkap visi dan proyeksi masadepan Gus Dur demi mempertahankan eksistensi NU di era pascamodern.

Dirgahayu NU.

Read more