OPERA SABUN HIDUP
Kadang hidup terasa absurd. Warna-warnya hanya aurora. Hiruk pikuknya hanya desau angin yang berlalu…
Ada yang berbahak-bahak merasa bahagia. Ada yang sesunggukan merana. Lalu berganti tawa dengan tangis… Tak ada yang sejati.
Terlahir disambut tawa, lalu sebagian hidup dalam ruang pengap atau dimanja dalam bilik sejuk. Lalu masing-masing menjalani hidup yang dibentuk oleh faktor-faktor determinan di luar kehendaknya.
Bila gravitasi berpihak kepadanya, dia melangkah ringan menuju kemakmuran. Bila tidak, dia bergabung dengan karavan para peratap.
Dia menemukan pasangan, entah karena suka atau mengira disuka. Lalu menjalin hubungan dan membina sebuah himpunan kecil dua pribadi berbeda dalam hampir segala hal.
Tiba-tiba petir menyambar. Pengabaian karena jenuh dibalas pengkhianatan atau pembangkangan. Rumahpun jadi arena adu caci dan duel klaim kebenaran. Lalu cinta jadi benci. Sebagian lain melanjutkan kisah cinta dengan keringat dan darah juga airmata. Sebagian mengawal rumahtangga dengan peduli, sayang dan tanggungjawab.
Di arena lain, perebutan kuasa terus berlangsung dengan beragam cara dan sarana. Agama, senjata dan muslihat menjadi penentu.