Skip to main content

Selain kecemasan, kebencian adalah salah satu komoditas non migas yang punya pasar sangat besar dan paling diminati terutama jelang kompetisi kekuasaan.

Sejumlah orang tiba-tiba tenar dan disuka publik yang dikenal pemillik budaya kesantunan tertinggi di dunia sejak Nabi Adam hingga kiamat justru karena fasih menyemburkan narasi kebencian vulgar dalam video dan tulisan tanpa sedikitpun editing. Klop! Konten vulgar disambut comment-comment sadis. Paradoks! Kekerasan adalah primadona di media sosial.

Seorang pemuda sakit jiwa karena doktrin delusif keunggulan tanpa ketakwaan tiba-tiba dipandang sebagai pemecah rekor semua penjahat yang pernah lahir di bumi ini. Bukan hanya dia seorang yang diagungkan sebagai super iblis karena ulah yang buruk dan celotehnya yang biadab di atas panggung tapi jutaan manusia yang ditakdirkan seetnis dengannya seolah mereka semua sah jadi target genosida opini dan tong sampah semua makian.

Agresi dan kekerasan, berdasarkan kuantitas pelakunya, dapat dibagi dua; agresi personal yang dilakukan oleh person dan agresi komunal (kolektif) yang dilakukan bersama berupa berupa diskriminasi, persekusi dan intimidasi, isolasi, pembubaran, pengeroyokan, aksi penyerangan massa, penyerangan bersenjata bahkan genosida.

Agresi dan kekerasan, berdasarkan sarana ekspresinya dapat dibagi dua; agresi verbal berupa pernyataan yang diujarkan dan ditulis; agesi fisikal berupa tindakan yang merugikan pihak lain.

Agresi dan kekerasan, berdasarkan polanya, dapat dibagi dua; kekerasan sporadis atau spontan dan kekerasan sistematis atau terencana.

Agresi dan kekerasan, berdasarkan posisi pelaku dengan korban, dapat dibagi dua; kekerasan horisontal antar individu warga baik perorangan maupun massa; dan kekerasan vertikal. Agresi dalam arena interaksi vertikal dilakukan oleh pemegang otoritas sturtural formal berupa institusi pemerintah, parpol dan ormas juga massa dengan simbol tertentu. Sebagian lain dilakukan oleh pemegang otoritas vertikal kultural alias (agamawan) yang lebih kuat dari pemegang otoritas struktural dalam masyarakat primordial.

Agresi dan kekerasan, berdasarkan tendensi pelaku, dapat dibagi dua; kekerasan pragmatis, yaitu kekerasan dengan tendensi kekuasaan politik dan ekonomi dalam persaingan dan perebutan; kekerasan primordial, yaitu kekerasan dengan dalih melawan pihak yang dianggap sebagai ancaman terhadap nilai-nilai, norma, dan kebiasaan etnik, ras, tradisi, dan kebudayaan bawaan.

Agresi dan kekerasan, berdasarkan korbannya, dapat dibagi dua; korban rasisme, yaitu penyandang identitas etnis dan ras yang dilecehkan atau diperlakukan sebagai asing di tengah masyarakat umum karena mindset supremasi dan klaim keaslian berdasarkan kedahuluan historis; dan korban intoleransi, yaitu penyandang identitas keyakinan berupa agama atau aliran dalam agama di tengah mayoritas penganut keyakinan lain yang sebagiannya tercekoki oleh doktrin kebenaran tunggal berdasarkan jumlah penganut.

Menjadi marjinal karena terlahir sebagai penyandang sebuah identitas terasa berat, apalagi bila dua identitas marjinal berhimpun dalam diri seseorang atau komunitas.

Pihak yang menjadi objek kebencian sektarian juga objek kebencian rasial dituntut melakukan klarifikasi dan membantahnya setiap kali narasi intoleransi dan rasisme disebar oleh para anasir pengacau. Dia dituntut jadi pemadam setiap kali ada yang menyulut api karena kesengajaan atau kecerobohan. Banyak energi, pikiran, waktu, tenaga dan lainnya dihamburkan sekaligus membuat banyak agenda penting terbengkalai.