Skip to main content

Kata syirik yang merupakan kata serapan dari kata Arab “syirk” atau isyrak secara terminologis adalah keputusan hati menyertakan selain Allah sebagai Tuhan.

Syirik pada mulanya bukanlah perbuatan konkret tertentu yang terlihat bertentangan dengan pemahaman keagamaan mainstream tapi keyakinan abstrak dalam diri siapapun bahwa alam diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan yang tak bersumber dari Tuhan.

Dengan kata lain, syirik tak mesti diekspresikan dalam aksi ritual tertentu. Ia secara primer adalah sebuah aksi mental konseptual.

Atas dasar itu, meminta bantuan kepada selain Tuhan bukanlah syirik bila didasarkan pada keyakinan bahwa bantuan itu dalam kausalitas vertikal yang bermula dari Tuhan.

Atas dasar itu pula, melakukan ritual tertentu demi memindahkan awan dan menunda hujan bukanlah syirik bila disertai keyakinan bahwa perpindahan awan yang mengakibatkan udara cerah adalah usaha manusia yang tidak terlepas dari kausalitas vertikal yang bermula dari Tuhan.

Terkait dengan berita heboh tentang aksi spektakuler pawang hujan di sirkuit MotoGP Mandalika, mungkin mengantisipasi rating anjlok karena terbukti tak sakti dan tak berguna bagi masyarakat, ustadz-ustadz tekstualis memproteksi jamaah pemuja yang telah dibius dengan jargon “salaf”, khilafah dan hijrah mencap apapun yang berbeda dengan pahamnya sebagai syirik, haram, bid’ah, kafir, sesat dan sebagainya.

Meski tetap lebih percaya hujan sebagai perilaku alam dengan sistemnya yang ajek, saya percaya bahwa setiap manusia yang tekun mempelajari pola komunikasi dengan alam bisa melakukan aksi-aksi yang terlihat aneh.

Selama ini yang dimengerti oleh kebanyakan orang, yang bisa dipindahkan oleh manusia yang punya kemampuan adalah benda-benda tertentu yang terjangkau oleh tangan atau alat tertentu. Memindahkan awan memang termasuk aksi langka tapi secara teoritis, itu bukanlah sesuatu yang mustahil.

Bila seseorang yang mempunyai kemampuan prima dalam hipnosis bisa menggerakkan seseorang yang cerdas dan berwibawa untuk melakukan aktivitas yang tak disadari dan tak dikehendakinya, maka aksi menggerakkan awan tentu lebih mudah bagi yang mengetahui caranya.

Daripada sibuk mensyirikkan aksi memindahkan awan, lebih tepat para ustadz dengan jutaan follower menanggapi secara argumentatif pernyataan Pendeta Udin yang mengusulkan dihapusnya 300 ayat dalam al-Quran.