PELAKUNYA SANGAT RELIJIUS

PELAKUNYA SANGAT RELIJIUS
Photo by Unsplash.com

Meski banyak yang mengecam ekstremisme dan terorisme dengan mengatakan bahwa agama mengajarkan toleransi dan kasih sayang, teror selalu terjadi.

Agama apapun tak menganjurkan aksi teror. Tapi pelakunya beragama, malah motif tindakannya adalah membela agamanya atau melawan yang dianggap musuhnya.

Mengapa agama selalu jadi alasan? Karena rekayasa adu domba atau karena doktrin intoleransi yang disisipkan dalam ajaran agama.

Mestinya kita lebih berani bertanya-tanya adakah sebagian teks agama menganjurkan agresi?

Salah satu teks yang maknanya cukup sensitif adalah hadis populer sebagai berikut :

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berkah untuk diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, akan terjagalah darah-darah dan harta-harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.”(HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 25 dan Muslim, no. 21]

Karena dcantumkan dalam kitab-kitab yang ditetapkan sebagai 100% sohih dan diriwayatkan oleh peraw2i yang dianggap super jujur, teks-teks yang terkesan secara benderang menganjurkan agresi dan kekerasan itu diterima dengan justfikasi dan interpretasi apologetik alias maksa.

Karena terlanjur memastikan semua teks dalam 2 kitab kumpulan riwayat yang dihimpun oleh 2 perawi dari luar jazirah Arab sebagai dua kitab paling sohih setelah al-Quran, rela berusaha memilih penafsiran yang dipaksakan atas teks "Aku diperintahkan memerangi semua orang sampai..."

Mestinya tak perlu canggung untuk mengamandemen doktrin irrasional dan menolak teks-teks tak etis yang justru jadi celah besar bagi agama. Toh, menolak otentisitas sebuah teks sebagai hadis tak berarti mendustakan hadis.

Daripada menerima dengan interpretasi irrasional dan irrelevan atas sebuah "teks bermasalah" hanya karena mematuhi konvensi taken for granted dan privilege atas beberapa perawi, saya lebih memilih menolaknya sebagai sabda.

Read more