PEMENANG PILGUB DKI
Jelang pilgub DKI putatan kedua, atmosfer politik makin hangat. Kampanye resmi dan tak resmi terus diberitakan. Polemik-polemik dan perang status di FB dan twitter makin digeber. Ajakan dan ancaman neraka juga semarak disebarkan. Banyak yang memastikan salah satu pasangan menang.
Kekalahan dan kemenangan yang faktual dan rasional dalam kontestasi dan lomba apapun perlu diukur dengan kuantitas dan kualitas upaya-upaya di baliknya.
Secara kualitatif, hasil berupa kemenangan yang terhormat haruslah sepadan dengan cara terhormat meraihnya. Tolok ukur kehormatannya terletak pada kesetaraan perlakuan dan porsi serta kesempatan bagi pihak lain untuk menggunakan cara yang sama dalam meraihnya. Bila itu tidak terjadi, yang dianggap sebagai sukses boleh jadi adalah orang gagal secara kualitatif dan yang ditetapkan sebagai pemenang bisa dianggap sebagai pecundang. Ini juga berlaku bagi yang dianggap kalah atau dipaksa kehilangan sebagian peluang untuk menempuh cara meraih kemenangan dan kesuksesan. Baca Juga: ANTARA “AH” DAN “OK”
Kualitas sebuah tindakan ditentukan oleh cara meraihnya. Karena itu, kemenangan dengan hatespeech dan kekalahan karena hatespeech bukanlah kejutan.
Kuantitas sebuah tindakan ditentukan oleh hasil yang diraih. Karena itu, pemenangnya dengan hatesoeech dan yang kalah karena hatespeech, sebelum lomba dilaksanakan, juga bukan kejutan. Baca Juga: ANIES BASWEDAN ANTARA EUFORIA DAN HISTERIA
Yang benar-benar kejutan adalah ketika yang mestinya kalah secara kuantitatif justru menang secara kuantitatif.
Dengan tolok ukur kualitas dan kuantitas itu, dan setelah semua upaya dilakukan, kekalahan tipis bisa dianggap sebanding dengan kemenangan mutlak, dan kemenangan tipis bisa dianggap sebanding dengan kekalahan mutlak.
Kemenangan yang terhormat dan kekalahan yang terhormat hanya dapat terjadi dalam lomba dengan hak dan perlakuan yang sama. Tanpa itu, boleh jadi semua proses kontestasi hanyalah drama merayakan kemenangan tanpa tanding. Mungkin yang layak mendapatkan ucapan selamat adalah yang kalah, karena mengikuti proses dan menempuh cara yang terhormat, bukan karena hasilnya.
Ini berlaku bagi siapapun dan dalam kompetisi apapun. Tidak ada contoh personal dan spesifik untuk ini.