Sekitar 5,4 juta rakyat Israel, Selasa (10/2) ini, memilih 120 anggota Knesset (parlemen).
Pemilu digelar setelah Ketua Partai Kadima, Tzipi Livni, November tahun lalu gagal membentuk pemerintah baru, menyusul mundurnya PM Ehud Olmert sebagai ketua partai dan perdana menteri akibat dugaan korupsi.
Pemilu ini diwarnai persaingan sengit antara Partai Likud beraliran kanan Likud pimpinan Benjamin Netanyahu dan partai kanan tengah Kadima pimpinan Tzipi Livni.
Jajak pendapat The Jerusalem Post menunjukkan dukungan kepada Netanyahu. Para analis menyebut, jika Israel dipimpin Netanyahu, masa depan proses perdamaian makin tidak menentu. Hubungan Israel dan masyarakat internasional, khususnya AS, kian sulit pula.
Netanyahu menegaskan, jika Partai Likud memenangi pemilu dan membentuk pemerintah baru, dia akan menghentikan penyelundupan senjata ke Jalur Gaza dan menyetop penembakan roket dari Jalur Gaza ke Israel. Ia menyatakan, tak akan membuka dialog dengan Suriah untuk mengembalikan Dataran Tinggi Golan.
Dalam konteks hubungan dengan Palestina, Netanyahu mengatakan, perundingan dengan Mahmoud Abbas hanya akan fokus pada isu keamanan dan ekonomi, bukan masalah perbatasan, penyerahan tanah, atau pengungsi Palestina. Ia mengkritik keras Kadima dan Livni yang dia tuduh telah menghentikan perang di Jalur Gaza sebelum mencapai tujuan strategis Israel. Netanyahu juga meragukan berdirinya negara Palestina yang tidak mengancam keamanan Israel.
Pemimpin Partai Yisrael Beiteinu, Avigdor Lieberman, menyatakan akan ikut serta dalam pemerintahan yang menolak peta perdamaian dan menolak mundur dari Dataran Tinggi Golan.
Livni tidak putus asa dan berharap suara pemilih yang masih mengambang berpihak kepadanya. Livni juga berusaha sebagian suara pendukung Partai Buruh dan Meretz yang berhaluan kiri diberikan kepada Partai Kadima untuk mengungguli Likud.
Jika memang, Livni berjanji melanjutkan perundingan damai. ”Saya tidak siap memimpin tanpa ada proses perdamaian. Harga itu tidak mungkin saya pikul,” tutur Livni.
Pesawat menggempur
Untuk membalas tembakan roket dari Jalur Gaza, pesawat-pesawat tempur Israel kembali menggempur dua markas Hamas, Senin (9/2). Lokasi itu sudah tiga kali diserang dalam agresi Israel selama 22 hari. Satu warga Palestina tewas.
Kelompok Jihad Islam mengaku warga Palestina yang tewas itu termasuk anggota Jihad Islam yang sedang menyelesaikan misi menyerang pasukan Israel yang tengah patroli di sepanjang perbatasan Gaza-Israel. Ia tewas saat Israel menyerang wilayah dekat Kota Beit Hanoun, Gaza utara.
Pihak Palestina mengaku salah satu misil pesawat tempur Israel mengenai bangunan yang selama ini digunakan sebagai markas Kepolisian Hamas. Pihak militer Israel kembali menegaskan serangan udara itu semata-mata membalas dua tembakan roket dari Gaza. Selain itu, militer Israel juga menyatakan, pasukan Israel melihat ada kelompok bersenjata di Gaza yang berusaha menyeberang perbatasan Gaza-Israel pada Minggu malam. Segera setelah itu, terjadilah baku tembak.
Meski demikian, Presiden Mesir Hosni Mubarak yakin kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan terwujud paling cepat pekan depan.(REUTERS/AFP/AP/LUK)