PENGHORMATAN PROPORSIONAL BUKAN PENDEWAAN DAN PERBUDAKAN

PENGHORMATAN PROPORSIONAL BUKAN PENDEWAAN DAN PERBUDAKAN
Photo by Unsplash.com

Menentang kultus adalah tindakan benar. Tapi menganggap semua penghormatan kepada pihak tertentu sebagai kultus dan pendewaan, bila tidak dianggap salah, tidaklah bijak.

Menghormati adalah pemberian hormat kepada seseorang atas perbuatan baiknya atau atas sesuatu yang baik pada dirinya.

Beberapa orang, karena tak punya worldview yang utuh, beranggapan bahwa semua penghormatan bertentangan dengan prinsip keadilan dan kesetaraan sesama hamba.

Sebagian orang, karena termangsa oleh doktrin irrasional, beranggapan bahwa semua penghormatan adalah kultus atau merendahkan diri dan perbudakan.

Banyak pula orang, karena beragama tanpa logika, menganggap penghormatan dan permohonan kepada sesama hamba, termasuk Nabi SAW, sebagai menuhankannya bersama Allah alias syirik

Penghormatan berbeda dengan pendewaan dan kultus. Penghormatan yang tulus bermula dari penghormatan kepada diri sendiri. Karena hanya orang hina yang menghina orang lain, maka hanya orang terhormat yang menghormati orang lain. Sedangkan pendewaan atau kultus adalah memperlakukan seseorang secara berlebihan atau tidak sepadan dengan kualitas faktual dan derajat moralnya.

Penghormatan yang selaras dengan derajat moral dan prestasi kesalihan kepada seseorang justru mencerminkan kepatuhan kepada Allah yang menganjurkan hamba-hambaNya menjaga hak sesama dan mematuhi Nabi SAW dan hamba-hambaNya yang dipilih sebagai pelanjutnya.

Banyak pula orang, karena menduga penghormatan semakna dengan kepatuhan, menolak penghormatan. Setiap kepatuhan meniscayakan penghormatan, namun penghormatan tak mesti membuahkan kepatuhan.

Banyak orang, karena tidak mengetahui konsep yang valid tentang penghormatan, a) melakukan penghormatan tanpa dasar alasan yang benar; b) melakukan penghormatan tanpa menentukan objek yang tepat; c) melakukan penghormatan dengan cara salah, bahkan dengan sebuah cara yang justru dipahami oleh masyarakat sekitar sebagai penghinaan; d) melakukan penghormatan dengan tujuan yang melenceng;

Subjek yang menghormati adalah orang yang melakukan tindakan tertentu atau memperlakukan orang lain sebagai ekspresi penghargaan atas sesuatu yang pada dirinya.

Objek yang dihormati adalah seseorang yang terhormat karena sesuatu yang mulia dan berhak mendapatkan penghormatan yang sepadan. Setiap objek menempati derajat kemuliaan moral, intelektual dan spiritual yang berlainan. Dia berhak dihormati sesuai dengan derajat. Menyamakan objek yang berbeda derajat adalah kezaliman yang dianggap merendahkan objek berderajat lebih tinggi dan meninggikan objek berderajat lebih rendah.

Cara menghormati tidak tunggal dan tidak baku, namun beragam mengikuti aturan, budaya dan norma yang dianut oleh masing-masing penghormat.

Alasan menghormati tidak tunggal dan tidak rata, namun alasannya bergantung kepada kadar pengetahuan penghormat tentang kualitas kebaikan pihak yang dihormati dan alasan yang dipilihnya. Yang pasti, dalam sistem nilai yang transenden, kekayaan, keturunan, kedudukan, ketenaran, penampilan dan semua benda lainnya pada dasarnya bukan kemuliaan kecuali dibalut dengan kebenaran dan kebaikan. Karenanya, tidak layak menjadi alasan penghormatan.

Tujuan menghormati tidak tunggal, namun ditentukan paradigma orang yang melakukan penghormatan, nilai kemuliaan yang abstrak atau nilai keuntungan yang konkret.

Disebutkan oleh seorang perawi hadis "Sesiapa yang menghormati orang kaya karena (menghormati) kekayaannya (demi mendapatkan sesuatu dari kekayaannya), menguaplah setengah dari imannya."

Read more