PERSPEKTIF MUHSIN LABIB ON YOUTUBE

PERSPEKTIF MUHSIN LABIB ON YOUTUBE
Photo by Unsplash.com

[caption id="attachment_15540" align="aligncenter" width="644"] Klik Tombol Subscribe untuk berlangganan channel Perspektif Muhsin Labib di youtube[/caption]

Sebagai pengabdi ilmu dan agen toleransi juga "tukang filsafat", saya berposisi seperti petinju profesional.

Karena sadar posisi dan ingin berperan serta dalam penyebaran ilmu seluas mungkin di era serba digital ini, saya merespon secara pro aktif inisiasi orang-orang sevisi yang prihatin terhadap merajalelanya intoleransi dan politisasi agama.

[ads1]

Saya yang awam soal IT dan segala hal teknik menerima dengan senang inisiasi beberapa pemuda kreatif untuk menjadi tim yang mengatur, mengarahkan dan mengaktualisasikan pandangan dan perspektif saya tentang pelbagai fenomena dan isu yang perlu untuk disikapi secara logis, jelas dan sederhana.

Meski tak berbekal uang sama sekali untuk menunjang rencana mulia ini, dengan peralatan di bawah standar tanpa properti studio khusus juga tanpa segala hal yang lazim diperlukan bagi program broadcasting, tim relawan menunjukkan spirit dan militansi yang membuat saya terharu.

Pemuda-pemuda yang terlihat seperti gembel dan urakan bergaya seniman bebas itu anti batas dalam segala hal, terutama waktu, tenaga, ide dan semangat egaliterian yang luar biasa.

Kini aktivitas pencerahan saya lebih rapi dan terencana dengan program yang terukur bersama tim di belakang kamera.

[ads1]

Namun, peran anda lebih penting dari narasumber dan tim di belakang saya. Anda, friend, friend of friend, follower dan siapapun yang tak ingin karunia Indonesia ini bubar karena intoleransi, korupsi, narkoba dan ambisi kekuasaan anda ujung tombak. Anda hanya perlu menyisihkan sedikit waktu untuk menjadi subscriber (pelanggan) akun ini di youtube lalu mensharenya.

Di usia 51 tahun ini dengan semua kendala kesehatan dan sosial, yang tersisa dari Muhsin Labib adalah kehendak melaksanakan tugas kemanusiaan, kebangsaan, keagamaan dan kemazhaban apapun hasil dan risikonya, seberapa banyak yang mendukung dan mengabaikannya.

Semoga Tuhan sesembahan semua penganut agama memihak kita. Merdeka!

Read more