PERTANYAAN-PERTANYAAN RINGAN
Pernyatan 1
Bila Muslim tak melakukan shalat berdosa, sedangkan non Muslim tak berdosa jika tak melakukannya karena tak menganut Islam yang mewajibkannya, apakah cara menghindari dosa adalah tak menjadi Muslim?
Banyak orang mengira dosa hanya berlaku atas perbuatan yang dilarang dan pelanggaran atas perbuatan yang diperintahkan yang disebut maksiat.
Padahal dosa berlaku secara primer dalam domain keyakinan. Tak beriman yang disebut kufr dalam bahasa Arab atau kufur dalam bahasa Indonesia adalah dosa dan kafir adalah pendosa. Karena itulah syirik yang berarti kontra tauhid dan berada dalam domain keyakinan dianggap sebagai kezaliman agung alias dosa super.
Singkatnya, orang yang tak beriman menanggung dua dosa, yaitu dosa sebagai kafir karena tak beriman dan dosa sebagai fasik karena tak melaksanakan shalat.
Pernyataan 2
Bila seseorang yang telah mengetahui wajibnya shalat dan tak melakukannya berdosa, apakah tidak mencaritahu kewajiban dalam Islam, termasuk shalat, adalah cara menghindari dosa?
Banyak orang mengira dosa hanya ditanggung oleh orang yang mengetahui kewajiban namun tak melaksanakan dengan alasan yang terkesan logis bahwa bila tak diketahui wajib maka tak dilaksanakan.
Padahal ketaktahuan bukan jaminan bebas dari murka Allah dan dosa. Ketaktahuan bermacam dua;
- Ketaktahuan termaafkan, yaitu yang merupakan akibat tak terpenuhinya syarat-syarat real untuk mengetahui dan terhalangnya upaya mencaritahu. Subjeknya disebut qashir.
- Ketaktahuan tak termaafkan, yaitu yang merupakan akibat pengabaian secara sengaja meski syarat-syarat mendapat pengetahuan telah terpenuhi dan sarana-sarana untuk meraihnya telah tersedia. Subjeknya disebut muqasshir.
Singkatnya, tak tahu bukanlah alibi dan alasan logis menghindari dosa maksiat.
Pertanyaan 3
Bila iman adalah hidayah (petunjuk) pemberian Allah untuk sebagian hamba yang berdosa bila tak mengamalkannya, apakah tak merasa mendapatkan petunjukNya adalah cara menghindari dosa?
Banyak orang menyangka bahwa Allah dengan kehendak dan hukum absolutnya telah menetapkan sebagian dari hamba-hambaNya sebagai pemercaya (mukmin) karena memperoleh petunjuk atau hidayah dan dianugerahi pahala kemudian disorgakan, dan menetapkan sebagian lain sebagai pengingkar (kafir) karena tak diberi petunjuk dibiarkan sesat lalu dibebani dosa dan dinerakan.
Meski mungkin dikemukakan oleh banyak orang yang dilabeli ulama dan dijadikan doktrin umum masyarakat, sangkaan ini bisa dianggap ngelantur karena menabrak aksioma prinsip ketuhanan, terutama aksioma nilai keadilan.
Petunjuk atau hidayah telah diberikan kepada setiap persona insan berupa akal sehat yang disebut fitrah. Setiap orang telah dibekali oleh Tuhan dengan perangkat lunak pendeteksi kebenaran berupa potensi yang bila diaktualkan dengan mengikuti tutorialnya (logika), maka jalannya ditemukan. Maha suci Allah dari doktrin irrasional menyiksa hamba yang tersesat karena tak diberi petunjuk. Orang yang mendapatkan petunjuk adalah yang mengaktifkan akalnya. Orang yang tak memperoleh hidayah adalah yang enggan mengaktifkan akal sehatnya.