Selama perang di Gaza, para tokoh agama zionis Israel banyak terlibat memberikan pengaruh di dalamnya. Peran penting dari pejabat-pejabat keagamaan dan para serdadu IDF (Israel defende Force) digaris depan, didukung dengan keberadaan para Rabbi mereka langsung digaris depan. Kepala Rabbi ketentaraan, Brigadir General Avichai Rontzki, bergabung bersama tentara disejumlah lokasi garis depan, sebagaimana dilakukan juga oleh para Rabbi yang ada dibawah komandonya.
Tinjauan terhadap beberapa publikasi yag dibuat para Rabbi selama masa perang Gaza berlangsung, merefleksikan nada-nada propaganda nasionalis yang akhirnya melangkah memasuki wilayah politik, bersifat sangat rasis, dan bersifat tantangan terhadap hukum internasional yang melarang pembunuhan penduduk sipil.
Situs “Haaretz” Israel, telah menerima beberapa publikasi, diantaranya berasal dari sekelompok mantan tentara yang mengumpulkan bukti-bukti tingkah laku para tentara zionis Israel “yang tak bisa diterima” , ketika tentara Israel menghadapi penduduk Palestina. Materi lain berasal dari para pejabat dan mereka-mereka yang menerimanya selama operasi “cast Lead” berlangsung.
“Ada larangan dari kitab suci untuk menyerahkan satu millimeter saja (tanah Israel) kepada kaum Gentile (kaum non Yahudi). Kami tidak akan mengabaikannya, dan menyerahkannya kepada tangan penduduk lain, walau secuil kuku pun”. Ini adalah kutipan dari publikasi yang berjudul “Daily Torah studies for the soldier and the commander in Operation Cast Lead,” yang dikeluarkan oleh Para Rabbi di ketentaraan. Kutipan tersebut diambil dari “buku-buku Rabbi Shlomo Aviner,” yang merupakan pemimpin Ateret Cohanim Yeshiva di wilayah Muslim kota tua Yerusalem.
Pernyataan dalam publikasi lain menyatakan : “apakah mungkin membandingkan Palestina sekarang dengan Palestina dahulu ? dan jika demikian, mungkinkah untuk menerapkan pelajaran-pelajaran hari ini dari taktik militer Samson dan David ? Rabbi Aviner kembali dikutip, dengan mengatakan : “sebuah perbandingan adalah mungkin karena palestina dahulu bukanlah penduduk asli, dan telah menginvasinya dari wilayah yang lain…mereka menginvasi tanah bangsa Israel, tanah yang bukan milik palestina, dan kini mereka mengklaim sebagai pemiliknya secara politik….sekarang, problemnya adalah sama. Palestina mengklaim bahwa mereka patut atas sebuah Negara disini, ketika dalam realitanya tidak pernah ada Negara Palestina atau Negara Arab didalam perbatasan Negara kami. Lagi pula, mereka adalah para pendatang baru dan berada disini menjelang terjadi nya perang kemerdekaan (Israel)”.
Kutipan dari Rabbi Aviner selanjutnya : “ketika anda menunjukkan rasa belas kasihan kepada para musuh yang kejam, anda telah menjadi kejam terhadap para tentara (Israel) yang jujur dan bersih. Ini sangat immoral. Ini bukanlah medan hiburan, namun ini adalah perang terhadap para pembunuh.”
Yuval Freund, rabbi “Jewish consciousness”, dalam sebuah publikasi mengatakan bahwa “ Para musuh-musuh kami mendapat keuntungan yang luas dari hati orang-orang Israel yang berbelas kasihan. Kami tidak akan menunjukkan belas kasihan terhadap kekejaman”.
Dalam publikasi Resminya, partai sayap kanan ekstrim Israel telah menyebarkan pamphlet kepada basis basis IDF dengan kandungan pesan-pesan rasis. Salah satu pesan datang dari Para murid-murid Rabbi Yitzhak Ginsburg. Yitzhak Ginsburg merupakan mantan Rabbi di makam Joseph dan pengarang artikel “ Baruch the Man” (baruch Goldstein adalah pelaku pembantaian penduduk sipil Palestina di Hebron). Dalam pesan tersebut dikatakan, “ Luangkan waktumu untuk kehidupanmu dan kehidupan teman-temanmu, dan jangan tunjukkan perhatian kepada populasi (penduduk palestina) yang mengelilingimu dan membahayakan dirimu. Kami mengajak kalian……berfungsilah menurut hukum “bunuh orang yang ingin membunuhmu”. Tentang populasi Palestina, tidaklah bersalah dengan tindakan demikian…….kami mengajak kalian untuk mengabaikan setiap doktrin yang aneh dan perintah menghindari pertempuran dengan musuh-musuh kita.”
Sementara itu, organisasi hak-hak asasi manusia Israel, Yesh Din, telah meminta menteri pertahanan, ehud Barak, untuk menggeser dengan segera Rabbi Rontzki dari kedudukannya sebagai kepala Rabbi.
Merespon permintaan tersebut, jurubicara IDF mengatakan bahwa jawaban terhadap permintaan tersebut akan ditujukan langsung kepada sangan pemohon, tidak kepada media.(sabili)