Skip to main content

PESANTREN INTOLERAN

By September 15, 2016No Comments

Nama pesantren bukan parameter kredibilitas, keikhlasan dan kompetensi. Dengan segala kelebihannya, aspek-aspek noirenya juga tidak sedikit.

tidak sedikit yang terdidik dalam lingkungan pendidikan relijius melakukan pembangkangan intelektual karena tersiksa oleh kejumudan berbalut kepatuhan.

Meski demikian, eksistensi pesantren tetaplah harus dilestarikan dan dikawal agar tidak menjadi ladang pembibitan intoleransi dan kejumudan.

Pesantren yang responsif terhadap dinamika zaman tak lagi menjejali santri dengan kewajiban patuh kepada “who” tapi mengarahkannya untuk mengutamakan “what“.

Dulu dengan semboyan “اخى لن تنال العلم الا بستة ” rela membujang demi mengkhatamkan teks book nahwu dari An-Nahwul Wadhih hingga Alfiyah. Kini?

Saat arus informasi mencerdaskan setiap orang,lembaga2 pendidikan agama harus toleran supaya bisa berakselerasi dan eksplorasi dalam area yang lebih luas.

Sayangnya, beberapa pesantren justru melakukan blunder dan berusaha memake-up fosil-fosil fanatisme sektarian dengan menjadi penyebar ujar kebencian.

Gus Dur adalah potret sempurna santri. Dengan tetap memegang tradisionalitas, ia mendahului eranya merespon pluralitas dan modernitas dengan toleransi.

Sayangnya, beberapa pesantren juga sejumlah kyai menentang terobosan besar Gus Dur dan toleransinya bahkan ada yang menggunjing dan menyesatkannya.

Indikator penentangan terhadap Gus Dur dan visinya adalah intoleransi, penyesatan dan hatespeech yang kadang disebarkan dg memgatasnamakan pesantren