PINDAH DARI "WHY" KE "HOW"

PINDAH DARI "WHY" KE "HOW"
Photo by Unsplash.com

Sebuah arus pemahaman agama yang berjaya sepanjang sejarah umat Islam dan didukung oleh para penguasa dari masa ke ke masa, yang mungkin karena mudah diakses dianut oleh mayoritas adalah fakta yang harus diterima sebagai realitas.

Setiap arus pemahaman keagamaan tentu berdiri di atas pandangan-pandangan yang menjadi fondasinya.

Salah satu fondasi bahkan fondasi utama mazhab teologi yang dianut mayoritas Muslim adalah "keadilan para sahabat" terutama para khalifah. Artinya, pandangan ini menjadi prinsip teologis yang merupakan "harga mati" bagi para pendiri dan penganutnya. Tanpa itu, runtuhlah bangunan pemikirannya. Berangan-angan meruntuhkannya, selain tak perlu, bertentangan dengan hukum dialektika dan norma kebebasan berkeyakinan.

Tentu, umat Islam yang tak menganutnya menolak "keadilan para sahabat" karena menganut prinsip lain yaitu "kesucian Ahlulbait" yang merupakan konsekuensi logis posisinya sebagai pintu tunggal ajaran Islam yang diperkenalkan Nabi Muhammad. "Kesucian Ahlulbait" juga merupakan jantung mazhab Syiah. Mempersoalkan kehadiran mazhab ini dan penganutnya, selain tak realistis, tak selaras dengan akal sehat.

Seaneh apapun pandangannya, menurut yang tak menganutnya, ia bukanlah aliran kemarin sore atau kelompok jadi-jadian yang kadang muncul di tengah masyarakat. Meski mengalami intimidasi dan persekusi sepanjang sejarah, tetap bertahan bahkan berkontribusi dalam mendirikan bangunan Islam yang menjualang gagah dalam pelbagai bidang.

Singkatnya, dua kelompok besar ini adalah komponen umat Islam. Menolak fakta salah satunya berarti meminoritaskan umat Islam di dunia. Siapapun yang berusaha menjadi ekstremis dan intoleran akan tergilas.

Menerima fakta sebuah mazhab dan penganutnya tak berarti membenarkan klaim sektariannya, tapi yang perlu dilakukan adalah bersikap toleran dan tidak menilai apalagi dengan diksi tajam pandangan prinsipal mazhab apapun demi menghindari perlakuan yang sama terhadap mazhab yang lain.

Pandangan mazhab lain, seaneh apapun kontennya, harus dihormati sebagai pilihan keyakinannya. Ini berlaku atas yang bermazhab Sunni dan Syiah.

Dalam situasi yang krusial ini yang diperlukan adalah membedakan antara "berbeda" dan "membenci", "mensesatkan" dan "mengkafirkan".

Yang berbeda denganmu adalah selainmu karena kamu memang bukan satu-satunya makhluk, bukan satu-satunya manusia, bukan satu-satunya yang bertuhan, bukan satu-satunya yang beragama, bukan satu-satunya yang beragama Islam, bukan satu-satunya yang bermazhab Sunni atau Syiah.

Tak perlu lagi mempersoalkan keyakinan dan pandangan kelompok lain. Tak perlu lagi memarakkan grup-grup virtual dengan posting-posting tentang isu-isu usang soal mazhab lain yang kadang dibumbui cemooh dan diksi tajam dengan alasan diskusi kritis hadis dan studi ilmiah sejarah, yang hanya daur ulang.

Tiba saatnya beralih dari halaman pertama yang memuat "why" (dalil-dalil tentang "kebenaran mazhabku") ke halaman berikutnya yang memuat "how" (bagaimana melaksanakan "kebenaran mazhabku"). Enjoy your faith!!!

Read more