Bila dilihat dari satu sisi, terlihat polemik dan ketegangan politik seputar Pilkada DKI yang meredupkan pilkada-pilkada di banyak propinsi dan kota telah menyebar seantero Indonesia, bahkan tensinya mengalahkan pilpres lalu. Begitu tingginya antusiasme dan keterlibatan banyak elit politik yang menganggap DKI sebagai tiket ke RI sampai-sampai menyambar sentimen SARA. Akibat ini, teman bisa jadi musuh, bahkan teman-teman sekeyakinan pun saling serang dengan bumbu justifikasi agama dan mazhab.
Terlepas dari efek negatifnya, polemik dan keriuhan pro dan kontra tentang dinamika politik saat ini telah mengeluarkan komunitas Syiah yang semula cenderung pasif atau terkesan berjarak dengan masyarakat umum, karena beragam faktor, kini secara serempak keluar dari ruang sempit kecanggungan dan melompat terjun massal ke arena dengan pilihan-pilihan pandangan dan sikap.
Selama beberapa tahun sejak kehadirannya di Indonesia dan tumbuhnya pemikiran kesyiahan yang diawali dengan warna keiranan yang acap kali menimbulkan prasangka sebagian kalangan, Syiah sebagai sebuah entitas intektual dan sosial yang terbentuk secara natural, tanpa doktrinasi ala gerakan Ikhwanul Muslimin (yang kadang disebut Tarbiyah atau lainnya melalui usroh, halaqoh, liqo’, tadrib dan aneka pola rekrument yang sistematis) secara faktual hadir bahkan meramaikan atmosfer demokrasi.
Di balik sengitnya polemik akun-akun yang bisa dipastikan bermazhab Syiah, keterlibatan komunitas ini dalam dinamika politik Indonesia adalah konfirmasi komitmen kebangsaannya serta penghormatannya kepada konstitusi, sekaligus klarifikasi aktual dan konkret atas segala fitnah anti NKRI daru para penganjur intoleransi (yang justru lebih pantas dilekatkan pada mereka).
Hal lain yang patut disyukuri adalah berkurangnya polemik dan perdebatan mazhab yang menguras banyak energi dan mengalihkan perhatian dari upaya berkontribusi bagi umat dan bangsa. Inilah awal yang baik bagi komunitas Syiah berupa ormas-ormasnya dan individu-individu untuk membuktikan kehadirannya sebagai salah satu elemen penting penguat kebhinnekaan
Mari terus berpolemik dengan penghormatan mutual dan berlomba dalam kebaikan vertikal atas nama umat dan kebaikan horisontal atas nama bangsa. Mari kita sukseskan Pilkada 15 Februari mendatang. Damailah Indonesia.