PRICE AND VALUE

PRICE AND VALUE
Photo by Unsplash.com

Di Jember kemarin saya tanpa sengaja bertemu dan kemudian berteman dengan dua pemuda dengan karir bagus di dua tempat dalam dua peristiwa yang berbeda. Yang pertama adalah seorang nahkoda kapal barang. Pemuda kedua adalah kepala cabang Auto 2000 Toyota Jember. Keduanya berusia 34 tahun.

Nahkoda kapal berbendera Qatar dan manager cabang dealer otomotif itu cukup ramah dalam pengertian modern (komunikatif, murah hati menjelaskan detail sistem pekerjaan pengalaman-pengalamannya juga harapan dan pandangan-pandangannya tentang aneka fenomena terutama ekonomi dan politik).

Karir mentereng biasanya tercermin dalam outlook, wajah yang berseri sebagai pertanda perawatan rutin, mata berbinar penuh optimisme, diksi lintas negara yang menkonfirmasi level edukasi dan bahasa tubuh yang mengisyaratkan status. Semua itu dapat diringkas dalam satu kata : sukses.

Tentu saja saya tak mau hanya bengong mengagumi capaian-capaian mereka atau murung karena meratapi diri yang tak sukses dalam pengertian modern. Karena itu saya "ngaji" dengan mengeruk informasi dan wawasan tentang perkapalan dan otomotif.

Mungkin semua pemuda yang menenteng map ijazah S1 mengantri untuk jadi PNS atau yang sibuk mengirim surat lamaran ke perusahaan swasta domestik dan internasional atau yang mencari-cari paman atau teman paman di sebuah BUMN berangan-angan punya karir seperti itu.

Kesuksesan menjadi jaminan bertahan hidup di arena kompetisi sadis dan padat. Rumah besar dan mewah di komplek eksklusif, aneka sarana transportasi, penghasilan yang lebih dari banyak, pekerjaan yang hanya bersifat verbal alias intruksi dan koreksi dan rapat-rapat formal, meeting outdoor, perjalanan dinas first class dengan agenda yang telah disusun asisten adalah sederet citra gemerlap masa depan gemilang yang tertayang di layar imagi kebanyakan kalau bukan semua orang.

Tapi modal, nepotisme dan mungkin keberuntungan adalah rezim otoriter. Mungkin yang melenggang sukses kurang lebih dari 10 persen. Dua pemuda itu adalah pengecualian. Di balik tawa lepas Dimas dan Yogi itu ribuan atau lebih pemuda bergelimpangan tersungkur mendekap frustrasi, kecewa, depresi, pembangkangan, apatisme, narkoba dan kejahatan demi kejahatan.

Lahir dalam keluarga makmur, full gizi, tak kurang asupan, suapan dan usapan dipahami oleh sebagian besar orang sebagai tanda-tanda kesuksesan. Sukses menjadi hak dan nasib sedikit orang bila hanya diidentikkan dengan harga dan kuantitas. Sukses bisa menjadi hak setiap orang keren dan kere, elit dan alit bila dikaitkan dengan nilai dan kualitas. Masa depan gemilang kuantitatif adalah karir dunia. Masa depan gemilang kualitatif adalah karir akhirat.

loading...

(sc_adv_out = window.sc_adv_out || []).push({

id : "167404",

domain : "n.ads3-adnow.com"

});

Read more