PROJEK PENGUTUSAN NABI

PROJEK PENGUTUSAN NABI

Nabi memperkenalkan sistem kehidupan berupa wahyu yang dikemas dalam konsep-konsep logis dan etik dan disampaikan dalam firman dan sabda untuk dipahami, diyakini dan diberlakukan dan diterapkan.

Konsep-konsep yang bersumber dari wahyu suci tersebut tak mungkin disampaikan begitu saja kepada umat pada masa hidupnya dan dipahami secara otomatis secara benar, utuh dan merata karena perbedaan tingkat kecerdasan, karaktertistik dan faktor-faktor kultur dan gaya hidup jahiliyah yang membatu dari abad ke abad.

Ajaran suci itu tidak hanya memuat tema-tema  keyakinan, nilai dan hukum, tapi juga memuat tema kepempinan yang justru merupakan fondasi dan syarat mutlak pemberlakuannya. 

Ia tidak diutus hanya untuk mewartakan ajaran-ajaran praktikal yang kontras dengan kultur biadab umat saat itu, tapi untuk juga ajaran kewenangan dan kepatuhan agar dapat berlaku sebagai sistem yang selaras dan sesuai dengan tujuan pengutusan sebagai nabi terakhir.

Karena itu, sebagai mandataris Tuhan dan pemimpin yang dilengkapi dengan semua kebijaksanaan maksimal, ia melengkapi misi menyampaikan ajaran berupa apa sekaligus mempersembahkan siapa.

Ia mempresentasikan konsep penyucian dan mempersembahkan model dan prototipe produk projek penyuciannya dengan dua proyeksi besar;
1. Memberikan kesempatan kepada umat generasi pertama yang miskin literasi dan tak familiar dengan konsep dapat melihat ajaran suci dari contoh pendidikan dan pengajarannya.

Masyarakat perlu bukti visual dan fenomenal dalam profil pengikut paripurna sesuai aplikasi ajaran.

2. Mempersiapkan sistem otoritas yang menjamin kelanjutan projek penyucian dan mengawal pemberlakuannya  hingga akhir zaman.

Masyarakat yang tak pernah punya preseden sistem kemasyarakatan dan sistem keagamaan perlu diarahkan dan dikembalikan kepada fitrah kepatuhan.

Ajaran dalam teks-teks yang disampaikan tanpa produk pengajaran sebagai model paripurna pengikut dan pemegang estafet otoritas dengan kapabilitas tertinggi hanya akan menciptakan kekacauan dan konflik akibat sengketa penafsiran dan lomba klaim otoritas.

Andai tidak, ajaran terakhir yang semula dihadirkan sebagai koreksi dan filter terhadap ajaran-ajaran para pewarta sebelumnya yang menjadi sasaran distorsi, adultetasi dan manipulasi ini malah mengalami nasib yang sama bahkan lebih tragis.

Read more