PSEUDO TOLERANSI

PSEUDO TOLERANSI

Sebagian orang tanpa canggung seolah merasa berhak mengklaim semua kebaikan karena merasa besar. Salah satunya adalah klaim sebagai kelompok paling toleran terhadap kelompok lain yang malah menganggap mereka sebagai paling intoleran. Inilah pseudo toleransi.

Fenomena paradoksal dan ironik ini merupakan akibat berbagai faktor, antara lain:

  1. Ilusi Kebesaran.
    Menganggap diri sebagai kelompok paling toleran tanpa refleksi mendalam dapat mengarah pada ilusi kebesaran atau kesombongan.
  2. Ketakutan akan kesalahan.
    Mengakui kesalahan atau kekurangan dapat dianggap sebagai tanda kelemahan. Oleh karena itu, beberapa orang atau kelompok memilih untuk menyangkal atau menolak kritik daripada menghadapinya.
  3. Kurangnya empati.
    Kelompok yang kurang empati mungkin sulit memahami bagaimana tindakan atau perkataan mereka dapat memengaruhi orang lain. Mereka cenderung fokus pada diri sendiri dan mengabaikan perasaan orang lain.
  4. Lingkungan yang mendukung.
    Jika sebuah kelompok berada dalam lingkungan yang selalu membenarkan mereka, mereka akan semakin yakin bahwa mereka tidak pernah salah.
  5. Klaim Toleransi yang Kontradiktif.
    Klaim sebagai kelompok yang paling toleran, sementara orang lain menganggapnya intoleran, adalah contoh nyata dari inkonsistensi dan kesenjangan persepsi.

Hal ini dapat terjadi karena beberapa alasan:
A. Standar ganda.
Beberapa kelompok menerapkani standar ganda sebagai visi tersulubung dalam menilai toleransi. Mereka mungkin sangat toleran terhadap kelompok yang sependapat dengan mereka, tetapi kurang toleran terhadap kelompok yang berbeda pandangan.
B. Kurangnya introspeksi.
Sebagian kelompok terlalu fokus pada kesalahan orang lain sehingga mereka tidak menyadari kekurangan mereka sendiri. Mereka perlu melakukan introspeksi diri untuk melihat apakah mereka benar-benar telah bertindak toleran.

Klaim kebenaran dan penolakan kritik adalah perilaku negatif yang membudaya sebagai efek tendensi kuasa kolektif.

Read more