Puluhan Ribu Warga Gaza Jebol Dinding demi Mengungsi ke Mesir

Puluhan Ribu Warga Gaza Jebol Dinding demi Mengungsi ke Mesir
Photo by Unsplash.com

the-wall-of-gaza_2.jpg

Setelah berbulan-bulan dipaksa hidup tidak manusiawi, puluhan ribu warga Gaza akhirnya menyeberang ke Mesir setelah pejuang-pejuang Palestina meledakkan duapertiga tembok pemisah yang membelah Rafah. Israel memandang peristiwa ini sebagai "ancaman keamanan kelas satu".

Menjelang fajar, 23 Januari, pejuang-pejuang Palestina meledakkan beberapa bagian dari tembok baja (diduga selama berbulan-bulan tembok baja itu diiris dengan menggunakan las api oxy-acetylene) yang memisahkan Gaza dan Mesir. Robohnya tembok itu memberikan jalan bagi puluhan ribu rakyat Palestina untuk secara bebas keluar-masuk wilayah itu untuk pertama kalinya sejak akhir Juni 2007.

“Saya ingin menjumpai anak perempuan saya yang menikah di al-Arish. Sudah empat tahun saya tidak melihatnya,” kata Um Muhammad sambil melalui lubang selebar dua meter di tembok pemisah.

“Saya akan membeli makanan, beras, dan juga gula, susu, tepung dan beberapa keju,” tegas Ibrahim Abu Taha, ayah dari tujuh anak dengan uang senilai 700 shekel atau setara dengan 185 dolar AS di saku jinsnya. “O, iya saya juga ingin membeli beberapa cerutu Mesir yang murah,” lanjutnya. Taha mengatakan ia sangat gembira bisa memperoleh barang yang sangat dibutuhkan keluarganya. Ia menambahkan betapa barang-barang seperti itu sangat langkah dan mahal di Gaza. Hal senada juga dikatakan Mohammed Abu Ghazel. Sepanjang pagi itu ia telah tiga kali melintasi perbatasan dan berbelanja.

“Saya ke Mesir untuk membeli diesel,” kata Hathem Abu Touame, yang bekerja sebagai seorang supir, seraya menunjukkan krisis bahan bakar di Gaza karena pembatasan-pembatasan Israel. “Namun, mereka menolak menjualnya kepada saya,” lanjut Abu Touame, “jadi saya membeli banyak sabun dan berharap bisa menjualnya di Gaza.” Sabun juga merupakan komoditas langka di Gaza.

Selain itu, ratusan warga Palestina yang terkunci di Mesir juga mulai kembali ke Gaza.

Peristiwa yang “Tidak Direncanakan”

Fawzi Bahroum, jurubicara Hamas, mengatakan bahwa peristiwa itu tidak direncanakan.

“Ini merupakan sebuah respon yang normal terhadap tekanan yang ditimpakan kepada rakyat Palestina di Gaza. Inilah ledakan dari mereka yang dipenjarakan,” katanya seraya menyerukan normalisasi operasi perbatasan dan penghentian blokade.

Sementara itu, pejabat keamanan Israel, sebagaimana dikutip media-media lokal, mengungkapkan kekhawatiran mereka. Bagi mereka, ini adalah “ancaman keamanan kelas satu.” Jurubicara Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa Mesir harus bertanggung jawab atas jebolnya tembok itu.

Pasukan keamanan Hamas segera mengendalikan perbatasan dan mengawasi arus keluar-masuk warga Gaza. Sedangkan penjaga perbatasan Mesir hanya menyaksikan dari jauh tidak mampu berbuat apa-apa. Ini berbeda dengan sikap mereka beberapa hari lalu, dimana militer Mesir menembakkan gas air mata untuk menghalau warga Gaza agar tidak melintasi perbatasan.

Satu pertanyaan yang kini ada dalam benak warga Gaza adalah sampai kapan perbatasan itu dibiarkan terbuka, mengingat baik Mesir maupun Israel tampaknya tidak senang akan situasi tersebut.[icc-jakarta]

Read more