Ternyata banyak WNI di luar negeri bahkan di Aussie, Eropa dan AS yang menganut teologi jumud dan intoleran.
Di negara-negara Barat yang sekuler sebagian WNI Muslim merasa perlu memproteksi identitasnya dengan menganut pola keberagamaan puritan dan intoleran.
Fenomena keberagamaan puritan dan fanatik tidak hanya terjadi dalam komunitas WNI di Barat tapi juga terjadi dalam komunitas-komunitas pendatang Muslim lainnya.
Perancis adalah contoh negara Barat yang menampung banyak pendatang Muslim dari negara-negara Arab Afrika Utara bekas koloninya; Maroko, Aljazair dan Tunisia.
Karena tidak paham Islam, sebagian besar masyarakat Barat tidak membedakan pola-pola keberagamaan dalam Islam. Akibatnya, setiap Muslim dianggap wahabi.
Penyamaan setiap Muslim dalam pola keberagamaan inilah yang menciptakan gelombang anti Islam atau islamphobia merebak di Austalia dan Barat.
Bila di Barat jihadisme dengan cita-cita negara khilafah menguat, masyarakat Muslim di kampung halaman justru jenuh terhadap ekstremisme dan intoleransi.
Sebenarnya skriptualisme bukanlah fenomena natural dalam masyarakat Muslim tapi difabrikasi untuk tujuan-tujuan politik yang melayani kepentingan status quo.