Rapor Dua Tahun Kinerja Ahmadinejad
Pekan Pemerintah Republik Islam Iran merupakan ajang terbaik bagi Presiden Ahmadinejad dan kabinetnya untuk melaporkan kinerjanya selama dua tahun secara utuh. Dalam memperingati Pekan Pemerintah tahun ini, Ahmadinejad melaporkan kepada rakyat Iran apa yang telah dilakukan oleh pemerintah kesembilan ini selama dua tahun.
Laporan pemerintah Ahmadinejad menjadi sangat penting karena memegang rekor paling aktif dari semua pemerintah yang ada di Iran, sekalipun baru dua tahun memerintah. Selama dua tahun ini, kinerja pemerintah dibuktikan dengan proyek-proyek besar bagi pengembangan ekonomi Iran. Hal itu dilaksanakan di tengah-tengah perubahan radikal yang dilakukan di badan pemerintah dan rintangan-rintangan yang dihadapi pemerintah, khususnya masalah politik luar negeri.
Berdasarkan safari propinsi yang dilakukan Ahmadinejad dan para menterinya, ada beberapa prioritas program ekonomi yang dicanangkan. Program itu antara lain, pembangunan satu setengah juta rumah setiap tahun, penyediaan lapangan kerja dengan mengajak masyarakat menggalakkan industri-industri kecil dan efisiensi pemakaian bahan bakar dengan meluncurkan program kartu pintar guna mengontrol pemakaian bensin. Namun, bisa dikatakan bahwa program paling spektakuler yang dilakukan pemerintah Ahmadinejad adalah kunjungannya bersama jajarannya ke seluruh propinsi. Safari propinsi memberi kesempatan presiden dan jajarannya bertemu dengan masyarakat, bahkan dengan mereka yang hidup di daerah terpencil sekalipun. Pemerintah Ahmadinejad merupakan satu-satunya pemerintah yang berhasil melakukan kunjungan nasional dan melihat dari dekat masalah yang dihadapi masyarakat setempat.
Presiden Ahmadinejad dan kabinetnya selama dua tahun berhasil mengunjungi 30 propinsi dan 336 kota. Secara kuantitas, bila dibandingkan dengan pemerintah sebelumnya, safari propinsi yang dilakukan pemerintah Ahmadinejad dua kali lebih banyak dibandingkan kunjungan pemerintah sebelumnya. Dalam safari propinsinya, secara keseluruhan menghasilkan 6.119 undang-undang mencakup pembangunan struktur dan infrastruktur, kemudahan administrasi, percepatan penyelesaian proyek-proyek yang tertunda dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi rakyat Iran. Poin penting dari safari propinsi pemerintah Ahmadinejad adalah peningkatan anggaran belanja daerah tertinggal. Daerah-daerah yang mendapatkan anggaran lebih itu seperti, Kahkiluyeh va Buyer Ahmad, Golestan, Gilan, Zanjan, dan Char Mahal va Bakhtiyari.
Berbicara mengenai keberhasilan pemerintah Ahmadinejad dalam program safari propinsinya, tidak utuh tanpa membeberkan data-data. Tujuan safari propinsi Ahmadinejad dan jajarannya ke 30 propinsi adalah pengadaan struktur dan infrastruktur bagi pertumbuhan dan pembangunan yang simetris, distribusi fasilitas secara adil dan penganggaran dana dengan memprioritaskan daerah-daerah tertinggal. Sebagai contoh, dalam safari propinsi ini telah dilakukan pengkajian mendalam pembangunan 124 mega proyek pengilangan minyak dan petrokimia, pembangunan 210 kota industri, 14.528 unit koperasi, dan fasilitas gas bagi 128 kota dan 4.829 desa. Data statistik ini menunjukkan keberhasilan besar bagi pemerintah Ahmadinejad di pelbagai bidang. Berdasarkan program yang ada dan sesuai dengan pusat data statistik Iran, angka pengangguran tidak meningkat, bahkan di 17 propinsi terjadi pengurangan. Padahal, setiap tahunnya sekitar satu juta dua ratus ribu pelamar kerja bertambah di Iran.
Keberhasilan pemerintah Ahmadinejad dalam dua tahun ini tidak bisa dilepaskan dari pelayanan pemerintah kepada para petani. Dalam tahun-tahun terakhir, masalah terbesar yang dihadapi para petani Iran, hasil panen yang dibeli pemerintah dibayar beberapa bulan kemudian. Artinya, ongkos produksi gandum ditanggung sendiri oleh para petani dan ini sangat memberatkan mereka. Untuk pertama kalinya dalam sejarah pertanian Iran, pemerintah Ahmadinejad mengeluarkan instruksi pembelian gandum secara kontan.
Pemerintah menyiapkan anggaran khusus untuk membayar tunai pembelian gandum yang disambut gembira oleh para petani. Tahun kemarin, selain gandum yang dibeli secara tunai, pemerintah memperluas pembelian kontan mencakup empat hasil pertanian lainnya. Bila dijumlahkan, berarti 95 persen hasil-hasil tani rakyat Iran dibeli kontan oleh pemerintah. Saat ini, paling lambat tiga hari setelah penyetoran hasil pertaniannya, para petani dapat menikmati jerih payahnya.
Pada paruh tahun 2005, pemerintah Ahmadinejad dengan teknologi tepat guna berhasil melakukan swasembada gandum. Suatu keberhasilan yang luar biasa di tengah kekeringan yang menimpa 11 propinsi di Iran. Dalam kondisi yang sulit seperti itu, prosentase pembelian gandum dari para petani naik lima persen. Iran yang sebelumnya merupakan negara pengimpor gandum, saat ini telah mampu mencukupi konsumsi dalam negerinya bahkan Iran telah menjadi negara pengimpor gandum. Menurut Menteri Pertanian Iran, hasil-hasil produksi pertanian Iran pada tahun ini akan melewati angka 107 juta ton. Bila ini dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, ada kenaikan yang cukup signifikan sebesar 15 juta ton. Kemajuan ini berkat perencanaan matang pemerintah dalam mengembangkan mekanisme pengolahan tanah, pengembangan pemanfaatan unit-unit pelayanan teknis di berbagai daerah dan peningkatan informasi pertanian bagi para petani.
Sebelum kemenangan Revolusi Islam, Iran mengekspor minyak bumi sekitar 6 juta barel perharinya. Dengan jumlah itu, 70 persen dari 35 juta penduduk Iran pada waktu itu tidak mendapatkan pelayanan dan fasilitas dari pemerintah. Saat ini, dengan jumlah ekspor minyak setengah dari sebelum revolusi, penduduk Iran yang jumlahnya 70 juta orang sekitar 95 persennya mendapatkan pelayanan dan memanfaatkan fasilitas pemerintah. Kebijakan pemerintah Ahmadinejad mengurangi kebergantungan ekspor minyak. Untuk itu, pemerintah memprioritaskan ekspor gas dan hasil-hasil non migas. Penandatanganan ekspor gas cair Iran ke Eropa dengan Austria seharga 5 miliar dolar merupakan keberhasilan perencanaan pemerintah Ahmadinejad.
Selain itu, mega proyek saluran pipa gas Iran ke India yang melalui Pakistan sedang memasuki tahap-tahap akhir. Saluran pipa gas yang dikenal dengan nama "Saluran Pipa Perdamaian", setiap harinya mampu mengekspor 150 juta kubik gas ke India dan Pakistan. Tahun kemarin, Pemerintah Ahmadinejad menanamkan modal pada sektor gas sebesar 600 juta dolar, sementara nilai keseluruhan proyek gas Iran bernilai lebih dari 20 miliar dolar. Pemerintah Ahmadinejad selama dua tahun ini, secara keseluruhan berhasil menarik penanam modal asing untuk menanamkan modalnya di sektor gas Iran dengan jumlah nominal sebesar 38 miliar dolar. Ini rekor tersendiri bagi keberhasilan Presiden Ahmadinejad dan kabinetnya dibandingkan dengan tahun-tahun
Keberhasilan pemerintah Ahmadinejad di bidang politik luar negeri harus dilihat ke belakang, ketika Ahmadinejad baru saja terpilih sebagai presiden ke sembilan RII. Pada masa-masa itu, terjadi krisis yang serius dalam hubungan luar negeri Iran dengan Barat. Krisis ini berpulang pada masalah program nuklir Iran. Barat tidak setuju Iran menguasai teknologi nuklir, sekalipun untuk tujuan damai. Waktu itu, kebijakan politik luar negeri Iran terkait isu nuklir lebih toleran mengikuti keinginan Barat. Namun, hasilnya tidak sesuai dengan cita-cita bangsa Iran. Melihat kesempatan itu, Amerika dan sekutunya mempretensikan Iran dalam posisi lemah. Pada masa kampanye pemilihan presiden Iran yang ke sembilan, media-media Barat berusaha meyakinkan rakyat Iran bahwa seandainya Ahmadinejad terpilih menjadi presiden, hubungan Iran dengan Barat akan memasuki babak-babak terburuknya. Konflik Iran dengan Barat bakal tidak terhindarkan.
Rakyat Iran tidak peduli dengan propaganda media-media Barat dan mengikuti pemilihan umum. Ahmadinejad terpilih sebagai presiden RII yang kesembilan. Dalam kondisi yang demikian, pemerintah Ahmadinejad harus mencari solusi keluar dari tekanan Barat yang dimotori Amerika. Pemerintah Ahmadinejad tidak memilih kebijakan asal selamat dan mundur dari tekanan Barat, melainkan bersikukuh memperjuangkan prinsip-prinsip dan cita-cita revolusi sejalan dengan keinginan bangsa Iran. Rakyat Iran menuntut hak-haknya terkait dengan pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai. Keinginan ini yang diperjuangkan oleh pemerintah Ahmadinejad hingga akhir dua tahun pertama masa jabatannya. Berdasarkan alasan-alasan inilah, sejak awal, pemerintah Ahmadinejad menolak politik hegemoni Barat yang bertujuan menghalangi Iran menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai. Pemerintah Ahmadinejad memilih kebijakan menentang hegemoni Barat.
Krisis nuklir Iran berubah menjadi masalah internasional berkat tekanan dan konspirasi yang dilakukan Amerika dan sekutunya. Hal ini membuat pemerintah Ahmadinejad pada tahun pertama di bidang politik luar negerinya tidak diberi pilihan lain. Pemerintahnya mengkonsentrasikan kekuatannya untuk menyelesaikan masalah ini. Dari sini, masalah nuklir menjadi fokus utama diplomasi RII. Tidak diragukan lagi, penguasaan teknologi nuklir sangat strategis bagi pengembangan dan kemajuan sebuah negara. Namun, kebijakan politik luar negeri Iran berhasil mengubah masalah ini menjadi simbol perjuangan rakyat Iran menentang hegemoni Barat. Krisis nuklir Iran menjadi ujian bagi rakyat dan pejabat pemerintah untuk mengukur seberapa besar mereka membela kemandirian politik luar negeri Iran.
Ahmadinejad, minggu ini, dalam pertemuannya dengan para pemuda berprestasi Iran menjelaskan masalah ini. Ia mengatakan, "Sejak kemenangan RII, musuh-musuh rakyat Iran tanpa kenal lelah berusaha menghalang-halangi kemajuan bangsa Iran. Sekitar tiga dekade belakangan ini, upaya itu diwujudkan dengan boikot, perang dan teror untuk melemahkan RII. Saat ini, hegemoni Barat berhadap-hadapan dengan RII dalam masalah nuklir. Barat khawatir bila Iran mampu meraih semua tujuan yang diinginkannya di bidang pemanfaatan damai energi nuklir, Iran akan menjadi simbol bagi seluruh negara berkembang. Masyarakat tertindas di dunia akan meniru apa yang telah dicapai oleh bangsa Iran dan akan mempermasalahkan otoritas monopoli sejumlah negara atas energi nuklir. Atas dasar ini, dalam dua tahun terakhir ini, Amerika, sejumlah sekutu Eropanya dan Rezim Zionis Israel mengerahkan segala kekuatannya untuk menghentikan program damai energi nuklir Iran."
Ada dua hal yang membuat pemerintah Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Pertama, tekanan dan serbuan yang luas dari hegemoni Barat dan peran vital energi nuklir dalam kemajuan dan pembangunan negara mengharuskan pemerintah Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Terlebih lagi, saat melihat keinginan kuat rakyat Iran untuk mendapatkan haknya memanfaatkan energi nuklir untuk pembangkit tenaga listriknya. Kemampuan politik luar negeri Iran untuk keluar dari tekanan Barat dalam masalah nuklir mengubah stigma sebelumnya. Saat ini, kemampuan nuklir Iran berubah menjadi sebuah kekuatan diplomatik dalam politik luar negeri Iran dengan dunia internasional. Hal itu karena kemajuan pesat Iran di bidang ekonomi, budaya dan sosial ditambah sekarang Iran telah menjadi salah satu kekuatan nuklir dunia. Saat ini, masalah nuklir Iran menjadi kekuatan diplomasi pemerintah Ahmadinejad.
Keberhasilan politik luar negeri Iran dalam dua tahun pertama masa pemerintahan Ahmadinejad dapat ditelusuri di kawasan Timur Tengah. Sistem diplomasi RII dengan memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimiliki berhasil dalam aksi-aksinya di Irak, Afghanistan, Palestina,Lebanon dan juga Amerika Latin. Kemampuan diplomasi pemerintah Ahmadinejad mengubah RII menjadi salah satu negara terkuat di Timur Tengah. Kemampuan Iran diakui oleh tokoh-tokoh Barat yang menasehati Gedung Putih agar tidak memandang sebelah mata peran dan posisi Iran di Timur Tengah. Perundingan segi tiga Baghdad menunjukkan posisi Iran sangat menentukan di peta politik Timur Tengah. Perundingan segi tiga terlaksana setelah permintaan resmi Amerika dan desakan pemerintah Irak. Satu hal yang menggembirakan, ketika Timur Tengah menjadi pusat konsentrasitekanan politik dan militer Amerika dan sekutunya terhadap Iran, keberhasilan diplomasi Iran lebih mendominasi. Pejabat-pejabat tinggi Irak lebih menganggap Iran sebagai negara sahabat dan lebih dekat dengan mereka. Usaha Amerika untuk merusak hubungan ini selalu menemui jalan buntu.
Di kawasan Teluk Persia, politik luar negeri Iran yang aktif dan cerdas ditambah kunjungan Presiden Mahmud Ahmadinejad ke Arab Saudi dan Emirat Arab memperkokoh hubungan Iran dan negara-negara di sekitar Teluk Persia. Pada saat yang sama, kunjungan pejabat-pejabat tinggi Amerika, khususnya Condoleeza Rice dan Robert Gates, Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Amerika, gagal mengajak negara-negara Arab memusuhi Iran. Di Afghanistan, Hamid Karzai, Presiden Aghanistan, membela hubungan mesra Iran dan Aghanistan. Pembelaannya disampaikan saat kunjungannya ke Amerika. Kalangan politisi dan media Barat menilai itu sebagai kemenangan lain diplomasi Iran di kawasan.
Kebijakan politik luar negeri Iran di kawasan Timur Tengah dan seluruh negara-negara Islam berlandaskan upaya mewujudkan persatuan di dunia Islam. Kunjungan-kunjungan Presiden Ahmadinejad ke negara-negara seperti Suriah, Malaysia, Azerbaijan, Tajikistan, Qatar, Sudan, Emirat dan Arab Saudi bertujuan mewujudkan persatuan negara-negara Islam. Menteri Luar Negeri Iran di tahun pertama menjabat telah mengunjungi 21 negara dan tahun kedua 26 negara-negara Islam menjadi tamu Manucher Mottaki.
Di hari-hari Pekan Pemerintah, Ayatullah Khamenei, Rahbar RII dalam pertemuannya dengan Ahmadinejad dan para pemimpin di Mahkamah Agung memuji kinerja pemerintah Ahmadinejad selama dua tahun ini. Beliau berharap agar pemerintah lebih memperhatikan keinginan rakyat, kemajuan negara dan mempertahankan keberhasilan politik luar negeri. Dalam pertemuan lainnya dengan jajaran kementrian luar negeri dan duta-duta besar Iran di luar negeri, Rahbar kembali mengingatkan kebijakan politik luar negeri Iran. Iran tidak menerima hubungan dengan kekuatan yang ingin mendikte. Iran menjalankan kebijakan politik luar negerinya secara cerdas dan realistis menghadapi sistem hegemoni dunia.
Pemerintah Ahmadinejad berkewajiban melindungi prinsip-prinsip revolusi Islam, identitas dan kepentingan nasional. Hal yang ditekankan oleh Ayatullah Khamenei bahwa Revolusi Islam bertujuan mewujudkan program-program politik, ekonomi, sosial dan budaya Islam. Politik luar negeri Iran dan hubungan internasional RII berlandaskan syariat Islam. Agama Islam menolak sistem hegemoni sejumlah negara yang sewenang-wenang. Islam mengajarkan perdamaian, keamanan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
Belajar dari pengalaman RII dalam menghadapi kelicikan tiga dekade terakhir hegemoni Barat yang dimotori oleh Amerika, dapat dikatakan bahwa dengan tawakal kepada Allah dan kepercayaan diri berdasarkan nilai-nilai Islam, pemerintah dan rakyat Iran dapat keluar sebagai pemenang. (Kiriman Ekky Kurniawan Sumber : http://indonesian. irib.ir /POLITIK/2007/ september07 /rapor.htm)