RASA TAK AMAN
Menurut kamus Merriam Webster, kata insecure didefinisikan sebagai perasaan diliputi ketakutan dan kecemasan, tidak yakin dan percaya diri, tidak terlalu stabil atau bisa diatur dengan baik.
Menurut Abraham Maslow, orang-orang yang insecure menganggap dunia sebagai hutan yang mengancam dan sebagian besar manusia berbahaya serta egois; ia juga merasa ditolak dan terisolasi, cemas dan bermusuhan; umumnya pesimis dan tidak bahagia, diganggu oleh perasaan bersalah, memiliki satu atau beberapa gangguan harga diri dan umumnya egosentris." [Maslow, A. H. (1942). The Dynamics of Psychological Security-Insecurity. Journal of Personality, 10 (4), 331–344. doi:10.1111/j.1467-].
Insekuritas bisa menjangkiti individu yang merasa tersingkir dan komunitas kecil yang kerap menghadapi penolakan oleh publik yang lebih besar.
Dalam negara yang dibangun di atas asas yang tidak mensyaratkan agama apapun di dalamnya dan menerapkan demokrasi yang memperlakukan setiap warga secara setara, besar dan kecilnya kelompok atau organisasi bukanlah parameter keunggulan yang memberikan hak istimewa. Akibat rasa inssekuritas ini, kelompok kecil terus menanti iba dan welas seakan mengafirmasi eksistensinya sebagai sub ordinat dan pinggiran.
Demi mempertahankan dominasi kuantitatif, orang-orang yang merasa mayoritas, terutama elit yang dapat privilege dan keuntungan lebih besar, gigih berusaha menyuplai pupuk penguat keyakinan sesamanya dengan cara bijak, misalnya mengupgrade wawasan dan sebagainya, maupun dengan cara bajak, misalnya berusaha mengurangi jumlah, membatasi sebaran pengaruhnya dan melemahkan keyakinan kelompok yang lebih kecil dengan fitnah, ujaran kebencian aksi persekusi di akar rumput sementara elit pura-pura toleran dan mengaku moderat.
Sedangkan yang merasa berada dalam lingkaran sosial yang lebih kecil atau memang kecil selalu risau dan cemas kehilangan hak dan kesempatan sekadar hidup bebas dan tenang dengan keyakinannya menghadapi gelombong antipati lingkaran sosial besar akibat provokasi para elit di dalamnya. Karena itu, merasa perlu memperkuat diri dan komunitas sekeyakinannya dengan memilih berkerumun dalam pergaulan sewarna dan ramai-ramai mengulang-ulang narasi keyakinan atau menghadirkan info-info di luar substansi keyakinan yang dianggap sebagai penguat tambahan, bahkan kadang info irrelevan dan irrasional yang justru bisa dimanfaatkan untuk melemahkan posisinya.
Rasa tidak aman juga mendorongnya untuk mendukung secara total kelompok besar meskipun sebagian pandangannya bertentangan dengan prinsip umum agama dan kemanusiaan. Tak hanya itu, sebagian konsisten menyalahkan kelompoknya sendiri saat dipersekusi dan dididkriminasi seolah itu semata-mata adalah akibat sikap individu-individu kelompoknya sendiri tanpa data objektif seraya menjustifikasi sebagian sikap arogan dan intoleran kelompok besar itu
Rasa tak aman ini di sisi lain membuat kelompok kecil menginjeksi dirinya dengan fantasi kebesaran dan kehebatan di luar habitatnya dengan cara mengasosiasikan eksistensinya kepada kelompok besar sekeyakinannya yang pada faktanya tak terkait dengan nasib masadepannya di lingkungan aktualnya. Perilaku ini justru menjadi alasan tambahan bagi kelompok besar untuk meremehkan bahkan menindasnya.
Cara mengatasi dan melenyapkan insekuritas pada individu adalah membuang inferioritas mengenali potensi keungulan diri dan sadar hak individu (asasi) dan hak kewarganegaraan self love. Dan cara melawan insekuritas komunal adalah mengenali hak konstitusional setiap kelompok dan memandang negara sebagai rumah bangsa tanpa warga tiri dengan menghormati identitas domestiknya dan mengaktualisasi penghormatan itu dalam kontribusi dan tak memperlakukan dirinya sebagai bagian dari komunitas sekeyakinan di luar lingkungan aktualnya
Allah berfirman, "Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (QS. Ali Imran : 139)