Skip to main content

Seseorang yang sadar bahwa dirinya diperhatikan oleh banyak orang, terurama para takfiri pembenci keyakinannya pastilah menimbang lebih dahulu urgensinya, dampak-dampaknya, dasar hukum agama dan positif setiap pandangan dan sikapnya terhadap aneka isu melalui tulisan dan lisan.

Sebelum melontarkan pandangan tentang sebuah isu dan peristiwa, dia membangun dasar2 rasional yang bermuara secara sistematis kepada aksioma-aksioma yang kokoh dan lazim diterima manusia-manusia berakal sehat.

Usai membangun sebuah pandangan berupa proposisi valid, ia menjaga jarak dengannya lalu mengambil posisi rival dengan mengkritisinya atau menghimpun kritik-kritik yang diperkirakan akan dilontarkan.

Kemudian ia berusaha mempersiapkan jawaban dan bantahan argumentatif terhadap setiap kritik asumtif itu.

Mestinya dia cermat dan ketat menyeleksi ribuan pikiran dan ide yang terus diproduksinya melalui penalaran seraya mengukur efek dan atmosfer konteks. Tapi yang lebih penting dari itu, dia bertanggungjawab secara intelektual dan normatif.

Mestinya dia amat menikmati dialog dan membuka diri bagi saran juga kritik, meski tidak terlalu mempertimbangkan “siapa”-nya.

Bagi dia, rasionalitas mendahului keyakinan agama dan mazhab (baca doktrin).