Reaksi Iran atas Pernyataan Obama

Reaksi Iran atas Pernyataan Obama
Photo by Unsplash.com

Menanggapi komentar terbaru calon presiden AS, Senator Barack Obama soal program nuklir Iran, Jurubicara Departemen Luar Negeri Republik Islam Iran, Sayid Muhammad Ali Hosseini menilai tidak realistis pernyataan nominasi presiden dari Partai Demokrat ini. Hosseini beranggapan, statemen Obama tersebut bersifat sepihak, tidak realistis, dan tak bisa diterima, serta bertentangan nyata dengan status sipil program nuklir Iran.

Sehari setelah Barack Obama meraih kemenangan akhirnya di ajang pemilu pendahuluan internal Partai Demokrat, calon presiden kulit hitam pertama AS ini menuding Iran sebagai negara yang berbahaya lantaran program nuklirnya. Dalam pidatonya di hadapan komunitas lobi zionis AS atau Komite Urusan Politik Amerika-Israel (AIPAC), Obama berjanji jika dirinya lolos ke Gedung Putih, ia bakal mengerahkan seluruh kemampuannnya untuk menghentikan upaya Iran yang ditudingnya membuat senjata nuklir.

Padahal, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebagai otoritas tertinggi yang berhak menilai program nuklir suatu negara, telah berkali-kali menegaskan bahwa program nuklir Iran adalah berstatus sipil dan sampai kini belum pernah ditemukan adanya penyimpangan untuk keperluan militer. Bahkan, akhir tahun lalu, Dewan Intelijen Nasional AS, lewat laporan Estimasi Intelijen Nasional-nya (NIE) juga mengakui bahwa Iran sama sekali tidak memiliki program pembuatan senjata nuklir. Namun demikian, para pejabat tinggi AS masih saja mengulang kembali tudingan lamanya soal ancaman nuklir Iran.

Langkah membeo Barack Obama terhadap politik anti-Iran kubu neo-konservatif semacam Presiden Bush dan Wakilnya, Dick Cheney ini membuktikan bahwa kebijakan luar negeri Demokrat maupun Republik terhadap Iran tak jauh berbeda. Terlebih, dengan menyimak ulang pidato Obama di hadapan lobi zionis atau AIPAC terlihat jelas, bahwa senator asal Negara Bagian Illonois ini merupakan seorang politisi yang pragmatis. Sikap terbarunya itu, berbeda jauh dengan janji-janji kampanye Obama sebelum kekalahan Senator Hillary Clinton. Obama sempat berkali-kali menyatakan bakal berunding tanpa syarat dengan Presiden Republik Islam Iran, Dr. Mahmoud Ahmadinejad. Tidak hanya itu saja, dengan bermodal sikap yang moderat, Obama berhasil meraup dukungan jutaan warga AS yang sudah frustasi dengan politik perang ala Partai Republik. Selama ini, para pengamat menilai, kesuksesan Obama merupakan hasil dari janji-janji politiknya yang menentang kebijakan militeristik dan konfrontatif Presiden Bush.

Namun setelah Obama dinyatakan sebagai calon resmi presiden dari Partai Demokrat, senator kulit hitam ini ternyata lebih radikal dalam menjaring dukungan lobi zionis dibanding Presiden Bush, atau rival terdekatnya seperti Hillary. Maklum, hasil poling yang digelar beberapa pekan belakangan menunjukkan, mayoritas kubu zionis mendukung Hillary sebagai nominasi calon presiden dari Demokrat. Jadi wajar saja, jika Obama lantas begitu berhasrat merayu-rayu lobi zionis dengan cara apapun. (irib)

Read more