Hidup sejak lahir hingga mati adalah ujian. Ujian yang lebih melenakan adalah kemudahan laksana jalan lurus tanpa tikungan.
Hidup bukan pilihan. Menjalaninya saat dewasa adalah pilihan. Etika dan logika adalah panduan untuk pilihan tepat.
Hidup bukan sekadar bernapas. Hidup adalah harapan. Harapan termulia adalah berguna bagi banyak orang. Harapan adalah yang terakhir mati.
Harapan berbeda dengan angan-angan. Harapan muncul karena possebilitas dan tekad untuk mewujudkannya. Angan-angan hanyalah wishfull thinking.
Karena merasa kurang, butuh. Karena merasa butuh,ingin. Karena ingin, punya. Karena punya, sukses. “Sukses krn punya” berbeda dengan “sukses karena tak ingin.”
Karena tak merasa kurang, tak butuh. Karena tak butuh, tak ingin. Karena tak ingin, tak risau. Karena tak risau, tenang. Karena tenang, sukses.
Harapan adalah motif dan dorongan jiwa untuk perfeksi. Harapan lahir krn tujuan yang jelas dan mulia. Harapan selalu mulia. Cara kadang nista.
Karena harapan adalah motif diri, dan selalu mulia, tak perlu motivasi dari selain dirinya. Ia hanya perlu tahu cara mulia dan tepat meraihnya.
Anda kemarin tidaklah sama dengan Anda hari ini, bahkan Anda sedetik yang lalu bukan Anda saat ini. Anda punya semua alasan untuk berguna bagi diri dan orang lain.
Apapun yang telah Anda alami adalah urusan Anda yang lalu. Tak perlu membanggakannya atau meratapinya. Anda kemarin bukanlah Anda hari ini.
Anda tidak sama dengan siapapun. Tuhan punya rencana serius di balik penciptaan Anda. Anda tdk hadir hanya untuk merepotkan petugas sensus.
Apapun yang telah Anda alami adalah urusan Anda yang lalu. Tak perlu membanggakannya atau meratapinya. Anda kemarin bukanlah Anda hari ini.
Yang tahu tentang diri Anda hanya Anda dan yang mendesain Anda. Tak perlu mtivator untuk melejitkan kesadaran Anda. Anda hanya perlu sekilat kesadaran.
Anda dan siapapun di dunia ini adalah elemen peradaban dengan peran masing-masing. Anda sepenting orang lain dengan status sosial yang berbeda-beda.