Sejak terjun dalam dapil Jember dan Lumajang pada 17 Maret, banyak keajaiban yang terjadi. Sebagai “kuda hitam” yang berharap tidak diperhitungkan oleh para kompetitor dalam internal partai dan eksternalnya, dalam waktu yang sangat terbatas, saya mesti memetakan lumbung suara yang potensial.
Sebagai orang yang non Muhammadiyah dan bukan kader lama PAN, saya lebih mengandalkan basis kultural NU dan ikhwan. Namun karena tim sukses di basis ini sangat terbatas SDM dan dana serta jaringan, maka saya mesti membidik basis sktruktural PAN. Di sinilah keajaiban demi keajaiban muncul. Karena pendatang baru, saya sebagai caleg pusat yang “kulo nuwon” dan bertemu muka dengan para pengurus daerah Jember dan Lumajang, maka terdengar koor merdu mendukung saya. Tentu,itu terjadi setelah saya memperenalkan diri, visi misi dan program dengan retorika santun dan jelas. Sebagai ormas yang secara sosio-historis berhubungan dengan PAN, maka saya tidak bisa mengabaikan pentingnya membidik para warga Muhammadiyah.
Kini peluit panjang pertanda akhir pertandigan kian dekat. Kata teman-teman, bila terpilih, maka nama saya layak masuk MURI karena berkampanye kurang dari 20 hari dan mengguakan dana kurang dari 150 juta. Saya anggap gurauan itu sebagai doa dan penyemangat