RELIJIUSITAS INTOLERAN ADALAH INDUSTRI

RELIJIUSITAS INTOLERAN ADALAH INDUSTRI
Photo by Unsplash.com

Relijiusitas intoleran lebih buruk dari agnotisitas dan deisme bahkan apapun selain Zionisme, Kolonialisme dan Kapitalisme.

Relijiusitas intoleran adalah ancaman terbesar terhadap relijiusitas asli.

Irrelijiusitas (ketakberagaaman) lebih beradab dari relijiusitas intoleran yang justru mengganggu umat beragama.

Rasionalitas, modernitas dan sekularitas harus didukung demi menentang relijiusitas intoleran.

Sayangnya, justru intoleransi dianggap oleh banyak orang sebagai konsekuensi keberagamaan.

Relijiusitas intoleran disambut karena mudah, tak memerlukan inteleksi yang memusingkan dengan janji pahala dunia dan akhirat.

Meningkatnya antusiasme masyarakat kepada agama bukanlah serta merta pertanda positif. Keberagamaan yang dimarakkan oleh para agamawan intoleran bisa dipastikan sebagai ancaman terhadap agama itu sendiri.

Maraknya aktivitas dan event bertajuk agama yang umumnya dimotori oleh para agamawan intoleran adalah kabar buruk bagi Indonesia.

Meningkatnya relijiusitas intoleran dapat dikenali dari makin banyaknya reaksi berlebihan terkait kasus, berita dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan agama.

Meningkatnya relijiusitas intoleran dapat dikenali pula dari makin banyaknya orang-orang tak tahu agama tapi diberi panggung untuk ngocol dan teriak dengan caci maki, ancaman dan sindiran untuk memenuhi dahaga kebencian dan memompa adrenaline ketegangan.

Bisa diduga info tentang ajaran-ajaran asli (rasional) dari agama telah direduksi, dimanipulasi bahkan diganti dengan doktrin-doktrin intoleransi berupa pemutlakan persepsi para tokohnya seperti penetapan general kredibilitas satu generasi tanpa cacat yang disertai dengan pemberian sanksi berat bagi yang mempertanyakannya.

Relijiusitas intoleran didesain oleh sentra kapitalis, kolonialis dan zionisme demi memusnahkan relijiusitas rasional yang resisten terhadap hegemoni global.

Relijiusitas intoleran adalah industri raksasa dengan omset terbesar di dunia.

Fenomena relijiusitas intoleran bukan bagian temporal dari kontestasi politik dan tak selesai dengan kemenangan salah satu kontestan. Ia adalah agenda utama Zionisme dan Imperialisme di banyak negara. Tugas menghadang intoleransi tak berakhir setelah April 2019.

Read more