RETORIKA PANGGUNG VS LOGIKA AGAMA

RETORIKA PANGGUNG VS LOGIKA AGAMA
Photo by Unsplash.com

Keyakinan setiap mazhab dan kelompok tentang kenabian dan kesuciannya meniscayakan pandangan khas penganutnya tentang Nabi SAW.

Menyakini kenabian sebagai otoritas mutlak dan Nabi sebagai pemegangnya berarti menolak semua riwayat yang menafikan kesuciannya.

Pandangan yang menafikan kesucian kenabian dan nabi membuat seseorang mudah melontarkan pernyataan yang terkesan merendahkan Nabi.

Karena itu, tak mengejutkan bila seorang yang diustadzkan mengatakan bahwa Nabi sering keliru dan dikoreksi oleh sahabatnya.

Karena itu pula, seorang yang dianggap ulama atau mubalig tanpa beban memperlakukan Nabi seperti dirinya.

Logika agama menetapkan kenabian sebagai otoritas mutlak dan sakral yang merepresentasi otoritas mutlak Tuhan.

Sebagai konsekuensi niscaya dari itu, logika agama menetapkan kesucian Nabi sebagai bagian integral dari kesucian Kenabian.

Tak logis, menerimanya sebagai penyampai wahyu Tuhan sekaligus menganggapnya tidak suci dan tidak terlindung dari kesalahan.

Aneh, menetapkan syarat-syarat ketat seperti kecerdasan (fathonah) dan lainnya bagi beliau juga menganggapnya tak aman dari sihir.

Karena kesucian Nabi merupakan konsekuensi logis dari kesucian Kenabian, iman kepada Kenabian mendahului iman kepada Nabi.

Karena menolak kesucian beliau, terasa ringan menolak sebagian instruksinya dan memberikan otoritas itu kepada yang tidak suci.

Ustadz tenar tak akan menyilaukan orang yang beragama dengan logika. Yang utama baginya adalah pandangannya, bukan ketenarannya.

Nama besar mazhab apapun takkan mampu meliburkan logika agama. Yang lebih penting dari mazhab siA dan siB adalah rasionalitas pandangannya.

Agama perlu dibela dan dijaga sakralitasnya dengan pandangan logis, bukan dengan kegarangan.

Kesuksesan Nabi diukur dari capaian kualitatif, bukan kuantitatif. Deviasi dalam sejarah umat tak mengubah fakta kesuksesan itu.

Retorika panggung yang memukau, bahkan bila ditambah dengan lompat-lompat akrobatik pun takkan bisa mengubah invalid jadi valid.

Agama nir logika tak mencerahkan tapi justru menjerumuskan umat yang lugu ke lembah irrasionalitas dan intoleransi.

loading...

Read more