REZEKI KUANTITATIF DAN REZEKI KUALITATIF
Kebanyakan orang membatasi makna rezeki hanya pada yang bersifat kuantitatif, bahkan saat berdoa pun yang diminta adalah rezeki kuantitatif.
Pandangan dunia materialisme mendorong seseorang memaknai rezeki sebagai capaian material (kuantitatif) semata.
Pandangan dunia spiritualisme dan ketuhanan mendorong seseorang memahami rezeki dalam dimensi kualitatif dan kuantitatif.
Rezeki kuantitatif sudah ditentukan untuk setiap makhluk. Rezeki kualitatif diminta dengan kebaikan vertikal dan horisontal.
[ads1]
Rezeki kuantitatif bisa didapat dengan pemenuhan syarat-syarat naturalnya. Rezeki kualitatif didapat dengan pemenuhan syarat-syarat supranaturalnya.
Dapat rezeki kuantitatif tak mesti dapat rezeki kualitatif. Dapat rezeki kualitatif belum tentu dapat rezeki kuantitatif.
Rezeki kuantitatif bisa berarti kemiskinan kualitatif. Rezeki kualitatif bisa berarti kemiskinan kuantitatif.
Karena rezeki kuantitatif sudah ditentukan dalam sistem kausalitas, maka ia hanya bisa diperoleh bila proses kausalitasnya ditempuh.
Karena rezeki kualitatif hanya diperoleh dengan meminta kepadaNya, maka doa, shalat dan kebaikan sosial adalah cara memperolehnya.
Carilah rezeki kuantitatif dengan menempuh proses naturalnya. Carilah rezeki kualitatif dengan memintanya sesuai prosedur yang ditetapkan olehNya.
Rezeki kuantitatif mengakibatkan kemudahan material dengan ragam peringkat dan cara memperolehnya.
Rezeki kualitatif mengakibatkan kesempurnaan spiritual dengan ragam peringkat dan cara memperolehnya.
Rezeki kuantitatif ditakar dengan untung dan rugi juga banyak dan sedikit.
Rezeki kualitatif diukur dengan benar dan salah juga baik dan buruk.
[ads1]
Rezeki kuantitatif lebih mudah diperoleh, apalagi bila menerjang semua rambu, daripada rezeki kualitatif.
Rezeki kuantitatif ditentukan oleh jumlah. Rezeki kualitatif ditentukan oleh berkah.
Esensi rezeki kuantitatif adalah harga. Esensi rezeki kualitatif adalah nilai.
Mengutamakan rezeki kualitatif atas rezeki kuantitatif menimbulkan ketenangan, kesabaran, kerendahan hati, kepedulian dan optimisme.
Mengutamakan rezeki kuantitatif atas rezeki kualitatif menimbulkan kecemasan, kecerobohan, kesombongan, kekikiran dan pesimisme.
Pasangan (jodoh) adalah rezeki kuantitatif yang didapat dengan pendekatan dan proses naturalnya.
Pasangan yang menyempurnakan (jodoh batin) adalah rezeki kualitatif yang didapat dengan doa dan ibadah.
[ads1]
Wajah cantik adalah rezeki kuantitatif yang perlu perawatan kuantitatif. Hati yang cantik adalah rezeki kualitatif yang perlu perawatan kualitatif.
Rezeki kecantikan kuantitatif membuat orang lain suka. Rezeki kecantikan kualitatif membuat orang lain hormat.