Riset: Menyiksa Warga Palestina Merupakan Kenikmatan Bagi Para Prajurit Israel
Para tentara Israel ternyata memang sangat menikmati melakukan penyiksaan terhadap warga Palestina, baik laki-laki maupun perempuan. Penyiksaan itu mereka lakukan hanya untuk melepaskan energi mereka yang berlebih.
Hal ini terungkap dari hasil riset yang dilakukan Nufar Yishai-Karin, pakar psikologi klinis di Universitas Hebrew. Dalam risetnya, ia melakukan wawancara dengan 18 tentara dan tiga pegawai sipil Israel, yang bertugas di basis militer Israel di Rafah, Jalur Ghaza. Dari para narasumbernya itu, ia mendapatkan pengakuan bahwa penyiksaan brutal terhadap warga Palestina merupakan aktivitas rutin para tentara Israel.
"Pada satu titik atau suatu saat dalam masa tugas mereka, mayoritas tentara yang diwawancarai mengaku senang melakukan kekerasan, " kata Nufar Yishai-Karin pada The Observer, edisi hari Minggu (21/10).
Setelah pensiun dari kemiliteran Israel, Yishai-Karin menghabiskan waktu tujuh tahun untuk meneliti perilaku kejam para prajurit Israel, sejak pecah gerakan intifada tahun 1980-an dan 1990-an.
Beberapa prajurit, pada Yishai-Karin mengungkapkan betapa mereka menikmati kekuasaan yang tak terbatas saat melakukan penyiksaan terhadap warga Palestina. "Ini seperti candu. Jika saya tidak pergi ke Rafah dan jika di sana tidak ada keributan sekali saja dalam seminggu, saya jadi gila, " kata seorang prajurit.
Buat sejumlah prajurit Israel, memukul warga Palestina membuat diri mereka menjadi seperti orang penting. "Anda akan merasa bahwa Andalah yang memegang hukum. Andalah yang memutuskan, Anda adalah tuhannya, " aku seorang prajurit lainnya.
Tentara yang lain, mengakui bahwa mereka bebas melakukan tindakan apapun terhadap warga Palestina tanpa ada larangan. Seorang prajurit mencontohkan ketika tentara Israel menembak begitu saja seorang warga Palestina yang sedang melintas di jalan.
"Kamis sedang dalam kendaraan pengangkut senjata, ketika laki-laki Palestina yang berusia sekitar 25 tahun, melintas di jalan. Laki-laki itu, tidak melempar batu, tidak melakukan apapun, ketika 'bang' tentara Israel menembah begitu saja, tanpa alasan ke perut laki-laki itu hingga ia tergeletak di trotoar, dan kami berlalu begitu saja, tanpa menengok ke belakang lagi, " tutur prajurit tadi.
Lain lagi pengakuan seorang prajurit yang mengatakan bahwa bukan persoalan baginya menyiksa perempuan warga Palestina. Menurutnya, ia pernah memukuli seorang perempuan Palestina, gara-gara perempuan itu melemparnya dengan sendal.
"Saya tendang dia bagian ini (sambil menunjuk ke arah selangkangan) , saya patahkan, dia jadi tidak bisa punya anak, " tuturnya tanpa rasa bersalah.
Dari riset yang dilakukannya, Yishai-Karin menemukan fakta bahwa para prajurit Israel melakukan penyiksaan dan kekejaman terhadap warga Palestina, sejak minggu-minggu pertama mereka dilatih sebagai tentara.
Para tentara yang ditanyainya mengaku bahwa para komandan mereka mendorong mereka untuk bertindak brutal terhadap warga Palestina yang tidak berdaya. Para prajurit itu menceritakan bagaimana sejumlah komandan baru, di hari pertama bertugas memukuli seorang anak lelaki Palestina berusia empat tahun.
"Kami melakukan patroli pertama dengan seorang komandan. Saat itu jam enam pagi, Rafah di bawah status jam malam. Ada empat orang anak sedang main pasir. Mereka sedang membuat istana dari pasir, " kisah seorang prajurit Israel.
Ia melanjutkan, "Tiba-tiba, komandan menarik seorang anak, dia mematahkan pergelangan tangak dan kaki anak itu, serta menginjak perutnya sebanyak tiga kali. Kemudian kemudian itu pergi begitu saja. "
Hasil penelitian Yishai-Karin yang dipublikasikan sejumlah media massa di Israel, membuat syok warga Israel yang selami ini meyakini bahwa tentara mereka mendapatkan pendidikan etika terbaik dibandingkan tentara-tentara negara lainnya di dunia.(ln/iol dikirimkan oleh Satrio Arismunandar)