Skip to main content

Riyadh = Tel Aviv?

By January 4, 2009One Comment

Perdana Menteri Turki, Rejep Tayib Urdugan, melakukan terus upaya mediasi antara Israel dan sejumlah negara Arab dalam rangka upaya menghenntikan serangan atas Gaza.

Setelah melakukan perjalanan ke Suriah dan bertemu dengan Bahsar Asad, Presiden Suriah di Damaskus, ia menuju Amman dan bertemu dengan Raja Abdullah II. Stasiun ketiga adalah Urdugan adalah Riyadh. Di situ ia melakukan pertemuan dengan Abdullah bin Abdulaziz.

Turki melakukan upaya ini karena sejumlah alasan dan tendensi. Pertama, ia ingin meyakinkan Barat bahwa keanggotaan di Uni Eropa sangat berguna bagi Barat sebagai penghubung antara dunia Islam dan dunia Barat. Kedua, Turki adalah negara Islam yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Karenanya, ia merasa yakin bahwa Israel akan mendengarkan masukan-masukannya. Ketiga, negara-negara Arab moderat (pro Fatah yang didukung Amerika) ingin mengurangi pengaruh Iran di Timur Tengah dengan memberikan peran lebih besar kepada Turki, sebagai simbol negara Islam non Arab yang moderat. Keempat, Turki sendiri ingin mengimbangi peran penting Iran di Timur Tengah yang terbukti menjadi kekuatan strategis di negara-negara Arab, terutama Irak, Lebanon dan Gaza.

Namun, tampaknya, inisiatif Turki tidak memperlihatkan setitikpun hasil. Pertama, pihak-pihak rezim Arab, kecuali Suriah, memang mendukung serangan Israel atas Gaza, sebagaimana diisyaratkan oleh Zipni Livni dan Ehud Olmert. Kedua, rezim-rezim Mesir, Yordania dan Arab Saudi tidak berhak menjadi pihak yang diajak untuk menjadi mitra untuk menekan Hamas agar menghentikan penembakan roket ke Israel, karena di mata Hamas, tiga rezim tersebut mendukung pengahncuran Hamas sebagai bagian dari rencana mengikis pengaruh Iran, negara yang mendukung opsi perlawanan dan anti perundingan dengan Israel. Artinya, kunjungan ke Kairo, Amman dan Riyadh sama dengan kunjungan ke Tel Aviv. Ketiga, Israel tidak lagi memandang Turki sebagai negara yang perlu dihormati karena sejak upayanya menghentikan serangan udara, Israel malah melakukan serangan darat. Dengan kata lain, Israel telah siap kehilangan mitra strategisnya di dunia Islam, yaitu Turki. Meski demikian, semoga upaya mulia Urdugan tidak sia-sia. Kasian Urdugan!